Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Senin, 04 Mei 2015

Obituari - Late post

Kemarin, 5 November 2012 pukul 22.20, kembali seorang rekan berpulang dalam usianya yang masih muda. Haru biru rasanya membayangkan bertahun-tahun yang lalu, beliau masih tertawa-tawa cengengesan dengan gayanya yang unik. Belum pernah bertemu dengannya kembali, sayang beliau keburu pergi dipanggil Khalik.

Posting ini saya buat untuk mengenang beberapa teman saya yang sudah terlebih dulu menghadap Illahi beserta kenangan terakhir yang mereka tinggalkan buat saya. Sebagai pengingat untuk saya, bahwa hidup selalu meninggalkan misteri, karena kita tidak pernah tahu kapan akhir waktu kita di dunia ini tiba. Dan kalau kita tahu kapan waktu kita berakhir, rasanya tidak ada seorang pun yang siap karena bekal kita akan selalu terasa kurang.

Beberapa teman yang mendahului saya, semuanya orang yang sangat baik. Mungkin karena kebaikannya, Allah SWT memanggil mereka lebih cepat. Dan kepergian mereka kebanyakan selalu dengan cara yang tidak diduga, cepat dan tiba-tiba. Mungkin karena Allah SWT tidak ingin mereka merasakan sakit yang terlalu lama, Walahu'alam bishowab...

Evi adalah yang pertama pergi. Evi yang manis, ceria dan selalu berpikiran dewasa. Kalau tidak salah, usianya masih 23 tahun saat ia terjatuh dari kereta di stasiun Cikampek dini hari dan berpulang seketika karena cedera kepala berat. Evi pulang ke Karawang dari Semarang setelah stase Neurologi dan ujian selesai, menemui Mas Agus, suami yang belum genap setengah tahun menikah dengannya. Masih ingat jelas, pamitnya pada saya saat kami berdua menuruni tangga bagian Neurologi FK-Undip/RSDK:"Ni, Evi pamit ya,  mau pulang dulu. Kangen Kang Agus,nih." Entah apa jawaban saya waktu itu tidak jelas lagi, mungkin saya membalas dengan menggodanya supaya cepat punya anak. Ya Allah, sudah 12 tahun rupanya Evi pergi. Tapi saya masih ingat candaan-candaan kami di kos. Polah kami saling pinjam meminjam baju, belajar dandan menor, dll. Al Fatihah buat kamu, ya, Vi...

Dua tahun setelah kelulusan, saya mendapat kabar buruk. Kali ini datang dari Diah Apriyani. Beliau wafat tersengat arus listrik saat sedang menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Nyawanya tidak tertolong. Meninggalkan anak yang belum genap usianya setahun kalau tidak salah, bahkan masih mendapat ASI. Diah yang solehah, Diah yang vokal menyuarakan kebenaran dan keadilan, Diah yang aktivis Rohis adalah Diah yang saya kenal. Terakhir bertemu dengannya adalah saat beliau menikah. Saya ingat baru selesai jaga di klinik 24 jam di daerah kumuh di Ujung Menteng dan pergi ke rumahnya bersama Inne. Karena buta daerah Tanjung Priok, kami kesasar-sasar. Diah waktu itu berseri-seri sekali karena menggenapkan Dien-nya. Ternyata itu adalah saat terakhir saya bertemu dengannya. Al Fatihah buat kamu, ya, Pri..

Lalu tahun 2008, kembali kabar tragis datang. Mas Baki, sejawat PTT saya dulu di Lampung, meninggal di tempat saat motor yang dikendarainya menuju RS Pertamina Pusat, tempatnya bekerja, tersenggol bus Mayasari Bhakti dan terseret sekian puluh meter. Adik saya berada di tempat kejadian tanpa menyadari bahwa itu teman saya yang menjadi korban. Padahal saat itu mas Baki baru saja diterima menjadi residen Interna di Unpad. Alloh yang menentukan ya, semoga amalan baik Mas diterimaNya. Al Fatihah ya buat Mas Baki... Kenangan pergi kembali ke Lampung mampir Pandeglang ke rumah ibu Mas akan selalu saya ingat. Demikian juga saat mobil saya terguling di Lampung, Mas Baki datang malam-malam buat memeriksa keadaan saya. Hiks...

Lalu Arief Hakim teman semasa kuliah FK juga mendahului karena kecelakaan di daerah Boyolali. Kabarnya Arief meninggal seketika. Saat itu Arief masih menjalani pendidikan anestesi. Semoga khusnul khotimah ya... Al Fatihah buat Arief. Yulius Darwanto yang juga teman kuliah saya kalah melawan Ca Colon. Desy teman sekolah SMP dan SMA pun kalah melawan Ca mammae.

Begitu banyak yang sudah pergi. Saya hanya berharap saat saya pergi, bekal saya cukup dan tidak menyulitkan orang lain.



اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِيفِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلْ الْحَيَاةَزِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Allohumma ashlih lii diinii alladzii huwa ‘ishmatu amriy, wa ashlihlii dun yaya allatiy piihaa ma’a syii, wa ashlihlii aakhiroti allatii pii haa ma’aadiy, waj’alil hayaata jiyaadatan lii fi kulli khoiriy,waj’alil mauta roohatan lii mingkulli syarrin.

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku. Dan perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku. Serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan.” (HR. Muslim no. 2720 dari Abu Hurairah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar