Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Minggu, 17 Oktober 2010

My Treasure Box ...the next Elizabeth Wahyu

Saya adalah orang yang membutuhkan keseimbangan dalam semua hal. Dan memiliki hobi adalah penyeimbang hari-hari saya yang serba kusut. Hobi saya setiap saat berubah-ubah (*haaah, dasar orang plinplan*). Saat ini saya sedang sangat amat gemar membuat....TESIS!!!

Naaaah....bohong ding! Hehehe

Saya sedang senang merangkai manik-manik. Dari butiran-butiran manik yang tidak terangkai itu, saya bahagia (*lebay deh elo,Rin*) apabila tercipta sebuah kalung atau gelang yang unik, bagus dan lucu. Kalau teman saya menyukai aksesoris buatan saya, maka bertambahlah derajat kebahagiaan saya. Dan sampailah saya pada puncak kebahagiaan kalau seuntai kalung dan gelang itu bertukar tempat dengan selembar uang kertas berwarna biru.*matre dan mata duitan*

Melihat kemudian teman-teman saya keesokan harinya memakai kalung saya dan mendapat pujian dari orang2 betapa unik kalungnya (*ah, bohong lagi, yang muji kan juga cuma elo doang sebagai promosi*), dueer saya kayak dilempar ke langit seperti Canonball-man. Maafkan saya ya bila suka berlebay-lebay ria.

Sampai sekarang, saya masih (tuh di bold kata-nya) bercita-cita membuat serius hobi yang satu ini. Saya mau menjadikannya pekerjaan utama, mendampingi pekerjaan sampingan saya sebagai dokter anak ;D. Sudah terbayang saya punya gerai dengan nama "The Treasure Box" di Grand Indonesia, berkompetisi dengan ibu Elizabeth Wahyu (maaf ya,bu, ini khayalan saya, jadi saya boleh ngapain aja kan??)

Mohon doanya ya, agar cita-cita saya tercapai.


Jumat, 15 Oktober 2010

Schizophrenics On The Street

Rasanya hampir setiap hari dalam perjalanan, saya menyaksikan 'para penderita skizofrenia' berkeliaran di jalan. Dan menurut pengamatan saya yang tidak terlalu akurat, kok jumlahnya bertambah ya tiap hari?

Hari ini saja saya melihat tiga orang. Satu orang penderita laki-laki separuh baya telanjang tanpa selembar benang, ironisnya melintas di depan tempat praktik seorang psikiater di daerah Otista. Satu orang perempuan, juga paruh baya, berjalan di tepi jalan DI Panjaitan tertawa-tawa sendiri. Masih untung beliau mengenakan selembar daster, walaupun sudah pudar. Saya masih sempat memperhatikan noda-noda menstruasi di bagian belakangnya. Yang terakhir, seorang remaja akhir belasan. Dia punya jadwal 'manggung' rutin di tepi jalan raya Jatiwaringin yang super macet setiap pagi jam 7-8. Kelihatannya dia punya obsesi menjadi "Indonesian Idol" , tampak dari gayanya menyanyi dan nge-rap dengan cara yang sangat 'cool'. Penampilannya juga masih sangat bersih dengan baju yang berganti setiap hari. Alhamdulillah, tampaknya dia masih punya keluarga yang peduli.

Tapi bagaimana dengan dua yang pertama? Adakah keluarganya? Atau adakah orang yang peduli? Adakah yang memberi mereka makan? Minum? Bagaimana kalau mereka sakit? Siapa yang harusnya mengurus mereka?

"Siapa????? Pemerintah dong...kan mereka punya Depsos?"

Rasanya bukan pemerintah deh. Mereka terlalu sibuk membuat lagu yang judulnya harus keluar di Ujian CPNS atau terlalu sibuk membuat anggaran jahit baju. Mereka lupa bahwa rakyatnya ada yang tidak pakai baju. Atau justru mereka juga punya gangguan jiwa kali ya, soalnya kayaknya aparat pemerintah kita sering juga tidak punya rasa malu (*dalam ya?*)

Terus siapa? KITA!

Mulai dari diri kita, mulai dari anak kita, mulai dari lingkungan kita. Mulai dengan mengajari anak kita tidak mentertawakan mereka yang disebut 'gila'. Mulai dengan membagi sedikit risqi kita dengan memberi mereka makan. Sebungkus dua bungkus nasi rames tidak membuat kita bangkrut kan? Berikanlah selembar dua lembar baju tua yang tidak lagi terpakai bila di lingkungan kita ada mereka yang bertelanjang badan.

Hhmm...mudah diucapkan, sulit dilakukan...

(Mengenang kejadian awal Ramadhan 1431 H...berkeliling komplek membawa nasi bungkus untuk para skizofrenik...)

Minggu, 10 Oktober 2010

My assistant is my best supportive actress

Risiko jadi ibu yang punya banyak urusan di luar rumah (baca:sekolah) adalah berurusan dengan asisten rumah tangga. Saya tidak suka menyebut dengan 'pembantu', tidak enak didengar di telinga saya yang priyayi ini (hihihi....). Ya, asisten lebih enak didengar karena memang fungsi mereka adalah sebagai asisten saya, bukan pengganti saya sebagai ratu rumah tangga. Ingat, ratu rumah tangga yaah, jadi jangan bayangkan saya pakai longdress dan mahkota, melainkan pakai daster dan bawa sapu ; D

Kembali ke laptop....eh esensi tulisan saya. Jadi karena fungsinya sebagai asisten, selayaknya memang pemeran utama sebagai upik abu masih saya sandang dong. Tapi dasar saya dudung, saya suka melencengkan (halaah ada ga sih kata ini?) peranan tersebut. Semua urusan tumplek bleg saya serahkan ke dia. Mulai dari urus anak saya yang masih perlu dimandikan dan disuapin makan sampai ngurusin suami . Husssh, jangan ngeres ya, maksud saya bikinkan teh suami setiap pulang,gitchuuu....

Lho, kan emang tugasnya dia begitu? Kan dia dibayar!!

Ya benar, memang kita membayar si mbak asisten. Tapi apakah harga yang kita bayar untuknya cukup untuk membuatnya menggantikan peran ibu buat anak kita? Apakah lantas tugas sebagai istri tergantikan? Semoga menjadi intropeksi buat saya.

Buat saya, asisten adalah salah satu pemeran pendukung terbaik dalam peran saya sebagai ibu yang harus keluar rumah. Tanpa mereka, pastilah hidup saya kacau balau. Lepas dari semua carut marut yang asisten saya tunjukkan, saya akan selalu berterimakasih pada mereka.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Opening Act

Assalammualaikum Wr Wb.

Hhmm,akhirnya terpicu buat bikin blog lagi. Insya Allah yang ini ga dibuat mati suri deh ;D.... Sebagai seseorang yang sangat narsis, saya memang membutuhkan wadah untuk menumpahkan semua ekspresi saya. Lebih tepatnya menjadi keranjang sampah saya. Kalau saya harus curhat sama seseorang (baca suami saya tercinta itu), kasihan sekali rasanya membuat hidupnya semakin sengsara gara2 keluhan2 saya yang ga penting hehehe.... So, that's the way I become a blogger now. Mau ada yang baca syukur, gak ada juga ga apa2. Pokoknya semua isi otak saya yang ga ketampung di tempurung kepala saya bisa dikeluarkan.

Saya sih inginnya blog ini menggambarkan siapa saya seutuhnya. Seorang ibu rumah tangga yang punya pekerjaan sampingan sebagai calon dokter anak (alias masih residen), dengan hari-hari yang serba sibuk dan ribut oleh berbagai masalah. Masalah yang bisa sepele sampai yang mengancam nyawa. Pokoknya saya tidak mau simpan di kepala saya. Kalaupun ada masalah yang tidak terselesaikan, mungkin suatu saat kalau saya melihat lagi ke sini, saya dapat solusinya. Eh, kayak Pensieve-nya Dumbledore ya?.....

Anyway, welcome to my world, my days...Hari-hari seorang Rini