Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Selasa, 21 Desember 2010

How To Choose A Good Pediatrician - Limited Patients Edition

Catatan ini saya buat karena melihat kebingungan teman-teman saya yang non-dokter dalam memilih seorang dokter anak yang baik. Berhubung saya hampir tidak pernah membawa anak saya ke seorang SpA, sebenarnya saya tidak punya pengalaman sebagai seorang ibu pasien(*catat:tidak termasuk ujian dengan mereka ya? Wah itu mah nightmare..hehehe*). Jadi ini tips dari saya sebagai seorang (calon) SpA berdasarkan pengalaman sehari-hari, ya... Catatan aja, karena hobi saya menulis bertele-tele ga penting gitu, maka posting akan saya buat beberapa edisi (deeuuh novel bersambung kali ah)

1. Limited patients are better
Siapa bilang dokter anak yang baik itu selalu ditandai dengan berjubelnya jumlah pasien? Dari sisi saya pribadi, semakin banyak pasiennya, sang dokter semakin tidak fokus. Bayangkan kalau dalam waktu praktek yang sempit (sekitar 2-4 jam), harus mendiagnosis ...katakanlah, 30-50 pasien? Pengalaman saya, di pasien no 10, biasanya saya sudah mulai lelah, baik lelah berbicara, berbasa-basi, membujuk pasien, dan yang paling bahaya, LELAH BERPIKIR! Bahayanya, risiko malpraktek akan meningkat. Saya juga akan mulai stres diburu-buru perawat yang mengingatkan pasien-pasien yang menunggu masih banyak. Akibatnya, saya akan malas melayani konsultasi, menjelaskan apa penyakit si anak, apa yang harus dikerjakan orangtua, bagaimana memakai obat-obatnya, mengapa saya resepkan obat tersebut. Dampak lebih lanjut adalah ketidakpuasan dari orangtua pasien, kesalahan penggunaan obat, kepanikan orangtua yang berlebih apabila belum ada perubahan kondisi anaknya, ujung-ujungnya adalah hilangnya kepercayaan orangtua terhadap dokternya. Lebih parah lagi kalau sampai ada kesalahan fatal yang berakibat kematian atau tuntutan hukum.
Lalu berapa banyak idealnya pasien seorang dokter? Tergantung masing-masing personal sih niatnya apa. Kalau mau cari uang, ya makin banyak makin baik kali ya? Ah tapi kan niat jadi dokter tidak murni didasarkan pada ekonomi semata kan? Niat menolong lebih banyak kok. Jadi sekitar 10-15 pasien per jam praktek antara 2-3 jam. Sehingga waktu konsultasi per pasien bisa cukup lama. Toh kalau rizki ga kemana kan? Bisa dari tempat lain, misalnya jualan kalung kayak saya atau jualan kue kayak Chyntia (hihihi ngelantur)
Dari sisi pasien sendiri, terlalu banyak pasien dari seorang dokter juga tentu tidak nyaman, bukan? Bayangkan anak anda harus menunggu sekian jam hanya untuk bertemu sang dokter 2-3 menit! Si anak lelah, mengantuk, rewel, belum lagi bila kondisi klinisnya tidak baik, seperti sedang demam, sakit kepala, muntah, diare....Duh, ga tega kan, bunda? Risiko lain dari lama menunggu adalah si anak akan terpapar oleh kuman/virus dari pasien lain yang sama-sama menunggu di ruang tunggu. Bisa-bisa yang tadinya cuma selesma aja, pulang-pulang kena cacar air. Bonus yang tidak menyenangkan kan?
Belum lagi ekspektasi orangtua untuk minta konsultasi tidak selalu terpenuhi, karena si dokter akan segera menulis resep, menyerahkannya dan berkata "Ada lagi yang mau ditanya?" sambil menyerahkan status pasien pada perawat. Ooh ooh...itu seperti usiran halus,kan? Mau nanya lebih lanjut, tapi kok ga enak? Mau langsung keluar,tapi kok belum jelas. Bingung kan? (*Ini pengalaman pribadi waktu antar mama saya ke seorang profesor neurolog top di negeri ini*)
Seorang guru (baca:konsultan) saya menerapkan sistem 'limited patient" ini di praktek sehari-harinya. Beliau hanya mau menerima 10 pasien per jam praktek dengan perjanjian. Jadi orangtua puas dan beliau juga cukup nyaman memeriksa pasien. Lalu apakah beliau kurang rizkinya? Ah tidak tuh, buktinya rumahnya cukup luas dan besar, sering liburan ke luar negeri juga (ah jadi inget nih, belum pernah ke luar negeri hihihi)
Kesimpulannya, banyaknya pasien akan mempengaruhi medical decisions seorang dokter.

Edisi selanjutnya tentang Waktu Konsultasi, yaa...disambung kapan2 soalnya diriku ngantuk ;P

Jumat, 12 November 2010

Shopping time at Pasar Pagi Mangga Dua and Asemka (part 2)

Cerita belanja-belanji yang kemarin belum selesai,nih. Yang ke Asemka-nya kan belum diceritakan. Kenal Asemka setahun yang lalu, waktu Wildan mau ulang tahun yang keempat. Ceritanya karena ada rizqi lebih, dirayakan dengan mengundang teman-teman kuliah dan anak-anaknya. Supaya ga mati gaya acaranya pakai pukul 'pinata'. Beli pinatanya di Asemka.

Nekat aja ke Asemka, padahal ga tau yang mana tempatnya. Naik taksi karena ga tau jalan.Oops, mahal ternyata, padahal aksesnya gampang. Ya udah pelajaran pertama adalah naik busway aja, dari RSCM naik sampai Mangga Dua, terus nyambung ke Kota, turun depan Museum Bank Mandiri, susurin aja samping jalan layang itu....taraaaa sampai deh. Cuma modal ongkos Rp 5500 ;p. Saya ga suka naik ojek sepeda, enakan jalan kaki sambil liat kiri kanan, walaupun panas.

Awalnya bingung, bahkan sampai sekarang juga masih ga yakin nama-nama tempat yang ada di situ. Sejauh ini udah tau yang namanya gedung Asemka, tapi belum tau yang namanya pasar pagi lama. Pokoknya kalau ke sana ya muter-muter aja, mulai dari bawah jalan layang, ke pertokoan kiri kanannya dan masuk ke gedung asemka-nya. Sedapat dan semenclok-nya hehehe. FYI gedung Asemka itu adanya tepat di depannya musola bawah jalan layang, kalau dari arah perempatan kota, sebelah kirinya.

Kalau ke sini sih biasanya urusan belanja goody bag. Wah, sampai pusing saking banyaknya pilihan. Lebih enak beli yang di dalam gedung, kayaknya pilihannya lebih bagus secara kualitas. Mau yang paket atau yang terpisah-pisah, terserah bisa pilih kok. Kalau untuk perlengkapan pestanya, saya biasanya beli di Toko Blessings yang ada di bawah jembatan. Kayaknya toko ini yang paling besar dan lengkap. Apa aja ada dan muraaaah banget. Beda harganya bisa 5 kali lipat kalau barang yang sama sudah masuk ke hipermarket. Sayang, mbak-mbak pelayannya suka jutek kalau yang beli ramai dan suka 'lempar-lempar' kewajiban melayani. Sampai saya pernah ikutan jadi judes saking sebelnya dicuekin. Pinata disini harganya sedikit lebih murah daripada beli online, tapi kalau ngitung2 ongkos taksi buat bawanya, mendingan beli online, terima beres. Kalau buat saya sekarang, MENDING BIKIN SENDIRI hehehe...secara saya sudah pernah sukses bikin pinata sendiri buat ultah Abram, anaknya Daulika. Sayang, beli mahal-mahal terus dirusak...hiks

Terus kalau ke sini pasti ga lupa beli alat-alat tulis, mulai dari pulpen, pensil dan krayon. Huaaah, harga krayon Titi 55 warna disini cuma 50rb lho, padahal di G*ant dan Gr*media aja 99rb. Halaaah, untungnya gede amat ya? Makanya agak-agak kalap nih kalau ke sini.

Toko manik-manik-lah sekarang yang bakal menjadi tujuan saya. Di daerah Asemka ini ada dua toko yang paling terkenal. Mutiara Indah dan Kirana. Awal saya cari toko ini ga ketemu juga setelah putar-putar dan tanya-tanya sana-sini. Akhirnya diniatin lagi pada kesempatan berikutnya HARUS ketemu. Letak keduanya di Jalan Pintu Selatan I (atau gang Ribal or Libar yak? hihihi agak lupa). Posisinya sebenarnya gampang banget dicari, saya aja yang o*n. Saya naij ojek sepeda minta diantar ke Pintu Selatan I, eh abang ojeknya juga ga ngerti, saya malah diantar ke Gedung Asemka, ongkosnya 4rb pula...Hualah tau gitu kan mending saya jalan kaki. Karena letak gangnya gampang banget dicari. Jadi kalau dari lampu merah Kota itu lurus terus ambil sisi kiri jembatan layang, ada deretan bank-bank, terus gang pertama belok kiri. Ya udah susuri aja tu jalan. Kalau bingung tanya tukang parkir. Yang akan nampak terlebih dulu adalah toko Kirana.

Kesan pertama...OMG, surga manik-manik. Duh, muraaaah dan cukup lengkap buat pemula seperti saya. Saya sih ga tau nama manik2 apa aja, pokoknya kalau lucu warna dan bentuknya , plus saya lagi kepengen buat sesuatu dengan ide yang sudah ada di kepala, ya saya beli. Tapi beneran deh...kuatkan iman kalau belanja di sini hihihi. Toko kedua adalah Mutiara Indah, nah toko ini ada dua lokasi. Yang pertama no 16B, khusus jualan bahan penunjang aksesoris, kayak rantai, paku, kaitan , dll. Yang kedua no 17B, khusus jualan manik dan batu. Toko kedua lebih luas. Pilihan maniknya sih lebih sedikit dibanding Kirana, tapi boleh beli ketengan kok buat manik2 yang didalam plastik. Sayangnya manik belimbing dari resin yang seperti agar-agar (yang saya sering dapat di Violetta ITC Kuningan) ga ada di sini, atau saya belum mencari dengan baik ya?

Duuh jadi pengen ke Asemka lagi nih...sayang isi rekening ga mengijinkan hehehe




Selasa, 09 November 2010

He turns five...









Kayaknya dimana-mana kalau anak ulang tahun, kenapa ibunya yang repot ya? Ya, karena saat si anak lahir, ibunya kan juga meretas nyawa (ga nyambung ya?). Contoh ibu yang jadi repot ya saya ini. Waktu Wildan mau ultah kelima, sebulan sebelumnya saya sudah repot pesan-pesan kue.Tadinya mau pesan di Coklatc**c lagi seperti tahun lalu, tapi kok ya rasa kuenya ga enak blas. Apalagi setelah terakhir nyicip kue ultahnya Nadine-nya Klara yang pesan dari situ juga, yaaakss ga enak banget. Akhirnya booking slot tanggal 30 yang udah dikonfirm dibatalkan. Saya kok lebih mementingkan rasa dibandingkan penampilan kuenya.



Setelah tanya sana-sini, keputusan terakhir adalah pesan kue di teman-teman sendiri yang sudah jelas rasa kuenya enak. Cake ultahnya pesan di teman SMP dulu, Ria. Cupcake buat goodybag-nya juga pesan di beliau. Kesannya rasa kuenya emang enaaaaaakkk banget, buttercream-nya ga eneg, rasa kuenya juga semriwing dan lembut banget. Sayangnya, Ria kurang canggih bikin dekorasi kuenya, jadi akhirnya yang udah sepakat pakai buttercream, diganti pakai edible image karena dia ga pede. Hhhmmm, padahal walaupun ga rapi juga, saya lebih senang pakai BC, soalnya edible juga ga kemakan, motongnya susah euy ;D


Isi goodybag yang lain kukis hiasnya tante Acid (mylittlekitchen-shop.blogspot.com) yang lucu banget. Rasanya juga ga mengecewakan. Yang jelas teman2 Wildan terkagum-kagum lihat kukisnya. Satu lagi, makaroni skotel buatan sendiri. Dasar amatiran, makaroninya berantakan, ga bisa padat. Kayaknya sih karena jumlah telurnya kurang banyak (dasar pelit..). Goodiebag-nya homemade semua kecuali susu kotak. Saya ga mau ada snack ga sehat. Walaupun konsekuensinya jadi mahal hiks..hiks.

Cenderamatanya kotak bekal gambar Pororo dan Pocoyo plus tempat minum plastik. Beli di Asemka kemarin itu. Selusin (paketan) 95IDR, jadi kira-kira 8,75IDR/paket. Soal keamanan, bismillah aja :(.

Selamat ulangtahun anak Ibu tersayang. Semoga Allah SWT selalu melindungimu, menjagamu, menerangi jalanmu, melapangkan rizkimu, meninggikan derajatmu.

Love, Ibu dan Ayah

Senin, 08 November 2010

The Day The Stork Brought My Little Prince (*grin*)

Agak telat sih posting yang satu ini. Bukan apa-apa, koneksi inet-nya lagi lambreta rata hayo...(dooh ini si exel yang lemot apa modemnya sih). Anyway busway intinya sih mau cerita tentang miladnya si ganteng yang satu itu.

Tanggal 30 Oktober 2010 kemarin itu, Idan milad yang ke-5. Hurrray, he is no more underfive!!! Kata orang2 sih kalau sudah 5 tahun bakal ga sering sakit lagi. Itu juga menurut ibu2nya pasien saya sih dan saya cuma bisa meng-amini.

Jadi ingat 5 tahun yang lalu waktu berjuang melahirkan dia. Masih jelas banget, 1 hari sebelum melahirkan, tepat di tanggal perkiraan lahirnya, saya masih nekat ikut ujian wawancara masuk PPDS. Pengujinya Dr Hardiono, Dr Julfina dan Dr Bambang Tri. Semuanya bengong dengar jawaban saya waktu ditanya kapan melahirkan? Saya jawab:"ini udah bukaan satu sih,dok!" Gubraaakkkk!!! Eh tapi gara-gara itu kali ya akhirnya membuat saya terdampar di bagian Anak hihihi

Dan rupanya ujian gak berhasil juga membuat si Idan mau keluar dari perut saya. Mungkin lebih enak sama ya,Nak, ikut ibu kemana-mana. Akhirnya sore ke SpOG lagi (ih..SpOG-nya kayaknya masih chief dueh, gantiin Dr Yanti gara-gara beliau udah cuti lebaran), dan dengan nekatnya dia stripping plasenta. Hiks, sakit deh dok! Secara dulu masih dokter umum yang terintimidasi kalau lihat spesialis, ga berani deh protes. Coba kalau sekarang, wah pasti gue tanya sampai EBM-nya stripping dalam menginduksi persalinan;p

Hehehe, dasar Idan cinta mati sama emaknya, sampai besoknya juga hisnya ga ada. Akhirnya sore balik lagi, langsung ke VK dan bilang kalau minta diinduksi aja ah. CTG-nya Idan ternyata sudah akselerasi...tuh kan ternyata yang stres karena ujian bukan cuma saya aja. Berujung lah dengan cervix dilatation pakai Folley catheter. Huahuhuhu...sakitnya ga nahan. Akhirnya ngotot sama bidan supaya diganti aja sama oksitosin drip pada bukaan lima. Siapa sih yang berani lawan saya kalau lagi ngamuk??

Bukaan lima sampai lengkap dijalani dengan drip iv, lebih nyaman dibanding folley tapi tetap aja sakit. Namanya juga partus,bo. Akhirnya jam 11 malam persis...jrenng, si ganteng lahir. BB 3450 gram, PL 51 cm, AS 9/10. Pertama lihat dia...."waks, anak siapa nih? Ih kok item kemerahan dan oedem gini sih?"....Huhuhu..... Tapi waktu pagi-pagi, komennya lain lagi,"Lho, anak siapa sih ini? Ganteng banget..." Silakan salahkan post partum blues hehehe. Ajaib, begitu baby idan lahir, semua sakitnya hilang. Subhanallah.

Sayangnya, pas Idan lahir, belum kenalan sama IMD ya. SpOG-nya juga ga ngeh kali. Ih jaman jahiliyah banget sih! Maaf ya Nak, kamu bahkan dikasih susu formula tanpa ijin ibu. Aaaaah, bodoh sekali ya ibumu ini jaman dulu (emang sekarang udah pinter ya,bu? jawab; dikiiit)

Hhhmm...kayaknya belum lama berlalu kejadian itu deh. Tapi ternyata sudah banyak yang terjadi. Sampai kamu bahkan bisa berdialog seperti ini;

Idan : Bu, dulu Idan dari Allah dikasihkan ke ibu naik apa?

Ibu (dengan cueknya sambil ngetik SKL): Eh, burung bangau kali, mas..

Idan: Bukaaan, Idan naik burung pelatuk kok..

Ibu: tuing tuing...

Shopping time at Pasar Pagi Mangga Dua and Asemka (part 1)

keWaks, ternyata dihitung2 sebulan belakangan ini sering banget deh saya melancong ke daerah Mangga Dua dan Kota (baca:asemka). Hihihi...diada-adain aja keperluannya. Mulai dari beli gimmick untuk pasien penelitian yang butuh waktu 3 kali ambil barang sampai beli isi goodybag buat ultahnya Idan. Jadi agak merenung, sebenarnya saya kecanduan belanja apa ga ya?;p

Tapi belanja memang hobi saya sih, secara saya perempuan normal (emang kalau perempuan normal suka belanja ya?). Hihihi doktrin ga penting. Tenang, hobi belanja saya masih dalam batas kewajaran kok. Artinya kalau saya punya duit ya saya belanja, kalau ga ya saya gigit jari. FYI, saya anti belanja di tempat mahal. Selain karena memang saya ga mampu, rasanya ga ada seninya belanja di mall2 terkenal. Lebih enak belanja mblusuk-mblusuk dan kemringet (halaah bahasanya!). Lagipula,belanja di pasar tradisional itu lebih memberdayakan masyarakat ekonomi lemah.

Okeee, ngelantur deh. Balik ke topiknya ya.

Pasar Pagi Mangga Dua memang tempat yang sip markosip buat belanja barang grosiran.Jadi kemarin2 itu saya cari gimmick buat bayi-bayi sampel saya. Akhirnya dapat teether merk IQ Baby dan training cup merk cute baby (hihihi abal2 banget). Teethernya selusin 87,5IDR, jadi satuannya cuma sekitar 7IDR. Langsung girang karena di ITC Cempaka Mas harganya udah 15IDR, bahkan ada yang minta 20IDR. Untungnya banyak banget ya?

Nah, training cupnya 95IDR/lusin, jadi satunya sekitar 8,75IDR, packingnya bagus pula. Murah sih tapi jujur aja ga tau deh keamanannya. Baca Bismillah moga2 sih aman. Yang jelas sih ibu-ibunya pasien aku senang dapat barang-barang itu. Dulu beli baju-baju kaus kutung dan celana bayi buat pasien juga harganya murah banget. Lupa berapa, pokoknya ga sampai sejuta sudah banyaaaaak deh. Kualitas katunnya juga lumayan, ga gerah.

Kalau buat dijual lagi, disini memang tempatnya. Tapi kalau mau cari barang-barang kebutuhan bayi yang lucu-lucu dan bermerk kayaknya sih ga di sini, lebih baik cari di ITC Mangga Dua atau tempat lain yang lebih lengkap. Kalau sekadar buat perlengkapan bayi standar, seperti baju rumah dan celana, jelas lebih murah, apalagi kalau belinya lusinan. Hiyaaa jadi pengen punya bayi lagi.

Nah, di lantai 3-nya itu gudangnya toko-toko perlengkapan aksesoris. Ada toko perlengkapan tas, sabuk-sabuk, mata gesper, bulu-bulu imitasi dan yang paling bikin kalap toko manik-manik. Waktu belum ketemu toko manik yang di Asemka, harga manik yang ada di sini sudah dirasa paling murah. Paling senang kalau ke toko Bintang Jaya. Harganya murah dan pelayannya ramah. Sayangnya ga lengkap, apalagi buat manik yang dari resin. Ada juga Charisma dan World's Beads, tapi buat gue ga asik belanja di sini, soalnya maniknya ga boleh dicampur-campur. Kalau buat perlengkapan lainnya, kayak rantai, paku, spacer, dll lumayan murah. Toko Lou Bang (ini bener ga ya ejaannya) juga lucu-lucu manik kayunya, sayang berdebu dan cat maniknya banyak yang luntur. Ada yang rekomendasikan Metro Indah, tapi belum pernah coba, soalnya sepi, jadi ga pede masuknya. Di Beads Jewelry juga cuma lihat-lihat, soalnya setelah ditelaah harga manik kristalnya lebih mahal, murah di Mester deh.

Setelah sukses lihat toko manik di Mangga Dua, jadi tertantang menjajal Asemka. Hehehe...

Minggu, 17 Oktober 2010

My Treasure Box ...the next Elizabeth Wahyu

Saya adalah orang yang membutuhkan keseimbangan dalam semua hal. Dan memiliki hobi adalah penyeimbang hari-hari saya yang serba kusut. Hobi saya setiap saat berubah-ubah (*haaah, dasar orang plinplan*). Saat ini saya sedang sangat amat gemar membuat....TESIS!!!

Naaaah....bohong ding! Hehehe

Saya sedang senang merangkai manik-manik. Dari butiran-butiran manik yang tidak terangkai itu, saya bahagia (*lebay deh elo,Rin*) apabila tercipta sebuah kalung atau gelang yang unik, bagus dan lucu. Kalau teman saya menyukai aksesoris buatan saya, maka bertambahlah derajat kebahagiaan saya. Dan sampailah saya pada puncak kebahagiaan kalau seuntai kalung dan gelang itu bertukar tempat dengan selembar uang kertas berwarna biru.*matre dan mata duitan*

Melihat kemudian teman-teman saya keesokan harinya memakai kalung saya dan mendapat pujian dari orang2 betapa unik kalungnya (*ah, bohong lagi, yang muji kan juga cuma elo doang sebagai promosi*), dueer saya kayak dilempar ke langit seperti Canonball-man. Maafkan saya ya bila suka berlebay-lebay ria.

Sampai sekarang, saya masih (tuh di bold kata-nya) bercita-cita membuat serius hobi yang satu ini. Saya mau menjadikannya pekerjaan utama, mendampingi pekerjaan sampingan saya sebagai dokter anak ;D. Sudah terbayang saya punya gerai dengan nama "The Treasure Box" di Grand Indonesia, berkompetisi dengan ibu Elizabeth Wahyu (maaf ya,bu, ini khayalan saya, jadi saya boleh ngapain aja kan??)

Mohon doanya ya, agar cita-cita saya tercapai.


Jumat, 15 Oktober 2010

Schizophrenics On The Street

Rasanya hampir setiap hari dalam perjalanan, saya menyaksikan 'para penderita skizofrenia' berkeliaran di jalan. Dan menurut pengamatan saya yang tidak terlalu akurat, kok jumlahnya bertambah ya tiap hari?

Hari ini saja saya melihat tiga orang. Satu orang penderita laki-laki separuh baya telanjang tanpa selembar benang, ironisnya melintas di depan tempat praktik seorang psikiater di daerah Otista. Satu orang perempuan, juga paruh baya, berjalan di tepi jalan DI Panjaitan tertawa-tawa sendiri. Masih untung beliau mengenakan selembar daster, walaupun sudah pudar. Saya masih sempat memperhatikan noda-noda menstruasi di bagian belakangnya. Yang terakhir, seorang remaja akhir belasan. Dia punya jadwal 'manggung' rutin di tepi jalan raya Jatiwaringin yang super macet setiap pagi jam 7-8. Kelihatannya dia punya obsesi menjadi "Indonesian Idol" , tampak dari gayanya menyanyi dan nge-rap dengan cara yang sangat 'cool'. Penampilannya juga masih sangat bersih dengan baju yang berganti setiap hari. Alhamdulillah, tampaknya dia masih punya keluarga yang peduli.

Tapi bagaimana dengan dua yang pertama? Adakah keluarganya? Atau adakah orang yang peduli? Adakah yang memberi mereka makan? Minum? Bagaimana kalau mereka sakit? Siapa yang harusnya mengurus mereka?

"Siapa????? Pemerintah dong...kan mereka punya Depsos?"

Rasanya bukan pemerintah deh. Mereka terlalu sibuk membuat lagu yang judulnya harus keluar di Ujian CPNS atau terlalu sibuk membuat anggaran jahit baju. Mereka lupa bahwa rakyatnya ada yang tidak pakai baju. Atau justru mereka juga punya gangguan jiwa kali ya, soalnya kayaknya aparat pemerintah kita sering juga tidak punya rasa malu (*dalam ya?*)

Terus siapa? KITA!

Mulai dari diri kita, mulai dari anak kita, mulai dari lingkungan kita. Mulai dengan mengajari anak kita tidak mentertawakan mereka yang disebut 'gila'. Mulai dengan membagi sedikit risqi kita dengan memberi mereka makan. Sebungkus dua bungkus nasi rames tidak membuat kita bangkrut kan? Berikanlah selembar dua lembar baju tua yang tidak lagi terpakai bila di lingkungan kita ada mereka yang bertelanjang badan.

Hhmm...mudah diucapkan, sulit dilakukan...

(Mengenang kejadian awal Ramadhan 1431 H...berkeliling komplek membawa nasi bungkus untuk para skizofrenik...)

Minggu, 10 Oktober 2010

My assistant is my best supportive actress

Risiko jadi ibu yang punya banyak urusan di luar rumah (baca:sekolah) adalah berurusan dengan asisten rumah tangga. Saya tidak suka menyebut dengan 'pembantu', tidak enak didengar di telinga saya yang priyayi ini (hihihi....). Ya, asisten lebih enak didengar karena memang fungsi mereka adalah sebagai asisten saya, bukan pengganti saya sebagai ratu rumah tangga. Ingat, ratu rumah tangga yaah, jadi jangan bayangkan saya pakai longdress dan mahkota, melainkan pakai daster dan bawa sapu ; D

Kembali ke laptop....eh esensi tulisan saya. Jadi karena fungsinya sebagai asisten, selayaknya memang pemeran utama sebagai upik abu masih saya sandang dong. Tapi dasar saya dudung, saya suka melencengkan (halaah ada ga sih kata ini?) peranan tersebut. Semua urusan tumplek bleg saya serahkan ke dia. Mulai dari urus anak saya yang masih perlu dimandikan dan disuapin makan sampai ngurusin suami . Husssh, jangan ngeres ya, maksud saya bikinkan teh suami setiap pulang,gitchuuu....

Lho, kan emang tugasnya dia begitu? Kan dia dibayar!!

Ya benar, memang kita membayar si mbak asisten. Tapi apakah harga yang kita bayar untuknya cukup untuk membuatnya menggantikan peran ibu buat anak kita? Apakah lantas tugas sebagai istri tergantikan? Semoga menjadi intropeksi buat saya.

Buat saya, asisten adalah salah satu pemeran pendukung terbaik dalam peran saya sebagai ibu yang harus keluar rumah. Tanpa mereka, pastilah hidup saya kacau balau. Lepas dari semua carut marut yang asisten saya tunjukkan, saya akan selalu berterimakasih pada mereka.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Opening Act

Assalammualaikum Wr Wb.

Hhmm,akhirnya terpicu buat bikin blog lagi. Insya Allah yang ini ga dibuat mati suri deh ;D.... Sebagai seseorang yang sangat narsis, saya memang membutuhkan wadah untuk menumpahkan semua ekspresi saya. Lebih tepatnya menjadi keranjang sampah saya. Kalau saya harus curhat sama seseorang (baca suami saya tercinta itu), kasihan sekali rasanya membuat hidupnya semakin sengsara gara2 keluhan2 saya yang ga penting hehehe.... So, that's the way I become a blogger now. Mau ada yang baca syukur, gak ada juga ga apa2. Pokoknya semua isi otak saya yang ga ketampung di tempurung kepala saya bisa dikeluarkan.

Saya sih inginnya blog ini menggambarkan siapa saya seutuhnya. Seorang ibu rumah tangga yang punya pekerjaan sampingan sebagai calon dokter anak (alias masih residen), dengan hari-hari yang serba sibuk dan ribut oleh berbagai masalah. Masalah yang bisa sepele sampai yang mengancam nyawa. Pokoknya saya tidak mau simpan di kepala saya. Kalaupun ada masalah yang tidak terselesaikan, mungkin suatu saat kalau saya melihat lagi ke sini, saya dapat solusinya. Eh, kayak Pensieve-nya Dumbledore ya?.....

Anyway, welcome to my world, my days...Hari-hari seorang Rini