Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Rabu, 12 Oktober 2011

Tarik nafas panjang

Selasa kemarin dapat pengalaman tidak menyenangkan. Dengan setting sebuah RS di daerah Bekasi, datang seorang ibu membawa anaknya berusia 6 bulan. Kebetulan si ibu bercadar rapat-rapat. Keluhannya si anak demam, batuk, pilek dan tampak sesak. Setelah pemeriksaan fisis, sekilas yang tampak adalah pneumonia. Karena si anak masih tampak cukup baik keadaan umumnya dengan nafas yang tidak terlalu cepat walaupun terdapat retraksi dinding dada yang ringan, maka saya putuskan untuk rawat jalan terlebih dahulu. So far so good, si ibu mengerti instruksi yang harus dikerjakan. Namun saat resep diberikan dan dijelaskan kegunaan masing-masing obat, jreeeng jreeeng ibu ini langsung menolak resepnya mentah-mentah.

"Saya ngga mau pakai antibiotik!" katanya. Okelah, tawar menawar pun dilakukan, dengan syarat bila besok keadaan memburuk, maka antibiotik diberikan dan diresepkan pada resep yang berbeda. 

"Kenapa mama ngga mau dikasih antibiotik? Kan kondisi yang sekarang perlu, ma!" iseng nanya.

"Anak saya ini daya tahan tubuhnya sudah bagus, dok. Dari kecil sampai sekarang cuma ASI, sudah diberi madu dari sejak lahir, dan ga pernah sakit sampai sekarang walaupun ngga diimunisasi", jawabnya yakin.

"Oh, jadi ngga ASI eksklusif ya, Ma? Itu sudah diberi madu dari bayi, padahal kan perutnya belum siap. Sayang juga ya ngga diimunisasi, padahal kalau diimunisasi daya tahan tubuhnya pasti lebih baik lagi."

"Dok, di Al Quran ada ayat tentang madu dan tidak pernah ada ayat tentang imunisasi. Jadi yang tidak ada di Al Quran tidak perlu dijalankan," keukeuhnya.

Gua manggut-manggut sok sabar, padahal dalam hati pengen banget nyemprot tuh ibu. 

"Ya sudah ma, sudah prinsip ya. Semoga dede ngga kenapa-kenapa. Balik lagi ya kalau ada diantara tanda2 bahaya tadi tampak sama dede, " sambil mulut rada manyun. Rasanya sih ngga bakalan balik deh tuh ibu.

Setelah si ibu keluar, nyatet-nyatet sebentar, lalu nulis tanda XX kecil di sampul status dan berpesan sama perawat kalau besok dia datang lagi, disarankan saja ke dokter lain daripada nanti bikin hipertensi. Yang begini sih, ga bakalan sembuh sama dokter. Yang begini juga ngga akan nebus obatnya, karena yang dipakai biasanya obat herbal di toko obat. Jadi dia cuma mau tau diagnosis aja. 

*tarik nafas panjaaaaaaaaang banget sambil berdoa semoga si dede ngga kenapa2*

*tarik nafas panjaaaaang sambil berdoa semoga walau gerakan anti imunisasi gencar di mana-mana, herd immunity tetap terbentuk sehingga mereka yang ngga sempat divaksin tetap sehat*

*tarik nafas panjaaaaaaangg sambil berdoa semoga yang antivaksin diberi pencerahan oleh seorang dokter yang lebih sabar daripada saya yang langsung hipertensi kalau harus ngotot2an menjelaskan pentingnya imunisasi sama orang yang keukeuh seperti batu*

*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa supaya yang anti vaksin ngga ngajak2 orang lain yag masih polos ikut2an anti vaksin juga*

*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa yang bikin kampanye anti vaksin di bawahini kejebur got...#ih ngga ding yang ini pasti ngga dikabulkan pastinya hehehe*


Selasa, 27 September 2011

Panggilan Hati

Pertama kali menginjak "klinik" ini, hati saya langsung terhempas berkeping-keping. Setelah berjuang 5,4 tahun, masa saya berakhir di "klinik" kampung yang berlabel RSIA ini? Duh, trenyuh rasanya mengingat pengalaman 2 tahun saya sebagai part-time di RSIA laris berargo kuda di bilangan Kampung Melayu. I didn't deserve this. Harusnya saya di RS besar yang mewah, bersih, harum, dan serba lengkap fasiilitasnya. Ini sih sudah pernah saya alami waktu PTT dulu, masa sekarang begini lagi? Di tengah kampung, diantara masyarakat sosial ekonomi bawah, gedung sederhana, perawat yang masih hijau, bahkan kambing berkeliaran di halamannya. Oooh...pleaseee

Setengah hati saya menemui ownernya yang menelpon saya sebelumnya. Mereka mengetahui nomor saya dari salah seorang senior saya. Saat bincang-bincang dengan sang owner, saya sudah tetapkan akan menolak tawaran ini. This wasn' t for me.....I would dropped dead here. Sang owner sendiri adalah pasangan perawat dan bidan asli kampung tersebut, yang harus saya akui memiliki cita-cita mulia meningkatkan derajat kesehatan setempat. Mereka membangun sebuah tempat praktik bidan secara bertahap sampai memiliki plang RSIA seperti sekarang (walaupun sejujurnya menurut saya plang RSIA itu belumlah pantas disandang). Mereka terpicu oleh sulitnya masyarakat setempat mengakses layanan rumah sakit yang terdekat. FYI, lokasi kampung ini terisolir oleh pagar beton kawasan industri MM2100 Cibitung. Bila mereka harus mendapatkan perawatan RS, maka jarak yang harus ditempuh sekitar 10 km ke arah Cikarang. Jadi mereka bertahap membangun klinik mereka sampai akhirnya memiliki layanan RS tipe D. Setidaknya ada fasilitas radiologi, farmasi, laboratorium dan rawat inap. Dan pasien yang masuk tidak harus menyetor DP terlebih dahulu. Suatu tujuan dan cita-cita yang ternyata sangat menyentuh hati ayah saya.

Saat saya sampaikan pada beliau bahwa saya tidak mau menerima tawaran mereka dengan alasan jauhnya jarak tempuh, kondisi dan kecilnya pembayaran, beliau menasehati saya. Kata Bapak, di RS lain yang besar-besar itu, sudah banyak dokter anak yang ngurusin pasiennya. Sedangkan di sini ngga ada yang ngurus. Apa ngga kasian sama anak-anak sini kalau sakit tidak dapat terapi yang tepat? Lagipula kan hidup tidak sekadar mengejar materi belaka, apalagi profesi dokter, masih banyak kewajiban sosial yang harus dijalankan.

Degg...rasanya mata saya seperti dibuka. Benar, sejauh ini kok rasanya saya menjadi jiwa materialis,ya? Jujur saya memang tidak pernah berlebih, tapi juga ALLAH ngga pernah memberikan saya hidup kekurangan. Jadi apa salahnya saya mengembalikan rasa syukur kepada ALLAH di sini? Tempat saya lebih dibutuhkan, toh rizki akan terbuka sendiri bila saya mengetuk di pintu yang tepat. Insya Allah, bila saya melakukan ini, Allah juga tidak melupakan saya. Dan singkat kata, saya menerima tawaran tersebut, walau terkadang keterpaksaan masih sering mengiringi langkah saya.

Tapi Subhanallah, saya justru belajar banyak di sini. Ketajaman klinis saya berulang kali diuji di sini. Pasien APCD, asfiksia, sepsis, gizi buruk, anemia gravis, meningitis, dll ada di sini. Sesuatu yang mungkin saya tidak akan dapatkan di RS besar dengan segudang konsulen ada di sana, karena saya pasti akan merujuk kepada yang lebih kompeten. Tapi di sini, saya tidak bisa merujuk ke mana-mana, karena pasien akan menolak dengan alasan biaya. Dan saya tidak mungkin memulangkan mereka begitu saja bila mereka menolak di rujuk. Dengan segala keterbatasan, saya harus merawat mereka.  Saya harus berpikir keras agar dapat mendiagnosis tanpa menggunakan alat canggih. Mata, hidung, kulit dan telinga saya dipaksa menjadi alat diagnostik. Kreatif adalah jalan saya mengatasi keterbatasan alat.

 Contoh yang akan saya ingat seumur hidup adalah mengubah sebuah toples plastik bening menjadi head box karena ada bayi yang asfiksia. Bayi yang saat dikonsulkan kepada saya sudah dalam kondisi biru, apneu periodik dan letargis. Sang ayah tidak mau dirujuk karena pekerjaannya serabutan, tidak punya uang. Lalu apakah dipulangkan saja? Rasa kemanusiaan yang bekerja. Dengan antibiotik seadanya, cairan infus seadanya, inkubator seadanya (saya bilang inkubator telor ayam), oksigen head box made in Rini, blue light abal-abal dari lampu UV-nya phillips, alhamdulillah hari ini, hari ke tujuh, bayi tersebut sudah fullfeed, lepas oksigen, sedang belajar minum dan sangat aktif, walau kuning masih ada.  Semoga besok dia bisa pulang dan tidak ada kerusakan permanen.

Hhmm, dan memang janji Allah tidak pernah ingkar, alhamdulillah satu demi satu pintu terbuka buat saya. Namun rasanya saya tidak akan meninggalkan lingkungan ini, tidak dalam waktu dekat. Paling tidak sehari dalam satu minggu akan saya tempatkan untuk melayani mereka.Insya Allah, saya tidak ingin berubah!

Minggu, 14 Agustus 2011

Les Dandan Yuks



Kesempatan belajar dandan di “private beauty class” kesampaian juga hari ini. Tawaran semi mendadak dari Agnes Monica imitasi yang menyamar jadi SpA alias Erlin Juwita langsung diiyakan begitu diajukan. Padahal ngga punya waktu buat belanja ‘perlengkapan perang”. Dan tau sendiri lah betapa minimnya isi beauty case punyaku (baca:tempat pensil yang berubah fungsi). Akhirnya dengan bondo nekat, daku kursus singkat dandan hari ini dengan modal pelembab, foundation, bedak padat yang berubah bentuk jadi bedak tabur karena terjatuh, bedak tabur yang tumpah separuh, lipstick 90% habis, dan blush-on salah warna. Erlin sih lumayan bawa perlengkapan banyak dan cukup lengkap (catat:including fake eye lashes), tapi semuanya pinjaman hehehe. Kesimpulannya, Erlin dan daku sama-sama buta dandan.

So, berangkatlah daku dan Erlin bernyasar-nyasar (tapi tidak beria-ria) mencari rumah si instruktur, namanya Mbak Anggie. Dia ini yang punya www.galericantikanggie.com. Kesan pertama ketemu si mbak Anggie ini rada-rada ngga percaya, habis penampilannya biasa banget, ngga ada kesan jago dandan. Tapi begitu duduk di meja rias dan kasih instruksi-instruksi sama kita berdua, plus dipraktekkan juga ke wajahnya, wuaaaahhh langsung berubah cuaaantik banget jadinya si mbak ini. Sampai kagum!

Daku sama Erlin berasa dungdung banget. Step awal saja sudah salah, pakai foundation. Ternyata ada cara sendiri pakai foundation. Selama ini kan daku langsung pukpukpuk hajar bleh pakai foundation hahaha, tapi syukur masih lebih ngerti dibanding si Erlin. Dia ngga tahu beda foundation cair sama padat dan peruntukannya (lah si Erlin mah ngga usah pakai foundation udah putih). 

Nah berhubung kulit daku berminyak, hitam dan kusam seperti dasar wajan, tentu lebih susah menyulapnya berada di jalur yang lurus dan benar dibanding Erlin yang memang modalnya dari sono udah bagus hihihi. Seperti ini contohnya, daku kan ngga punya kelopak mata dan bulu mata pendek. So waktu mulai belajar pakai eye-shadow, ribet dah. Kata mbak Anggie harus pakai base warna gelap kalau perlu hitam biar batas matanya tegas. Daku turuti sarannya, lho yang ada mataku kok kayak korban KDRT, hitam seperti habis ditonjok? Belum lagi waktu mulai acara jepit-jepit bulu mata dan pakai mascara, hiyaaah bulu mataku kan ngga bersahabat sama si penjepit, dengan hasil terjepitlah kelopak mata bawah…hiks sakit euy. Terus pakai eyeliner yang juga menyiksa lahir batin, harus konsentrasi dan ga boleh tremor, bisa-bisa keculek deh mata. Haduh menyiksa banget ya mau cantik? Dan begini hasilnya…voila, miripkah sama Mpok Nori? ;D



Ternyata berdandan itu buat perempuan perlu ya, apalagi yang ketemu banyak orang tiap hari kayak daku. Paling tidak dengan berdandan, kita menjadi rapi dan dengan rapi, orang akan senang melihat kita. Orang akan merasa dihargai karena kita berusaha sedikit lebih keras untuk menemui mereka. Hhmm, baiklah, daku akan mencoba berdandan setiap hari (setelah selesai mencuci, menyetrika dan menyiapkan Idan sekolah)….harus bertekad kuat! (*ngga yakin*)

Modal buat dandan juga ternyata besar. Waktu tadi iseng tanya berapa harus keluar modal untuk investasi alat dan perlengkapan dandan, katanya sekitar 1,8 juta IDR. Jumlah yang cukup besar, tapi kalau dihitung perbulan kira-kira 150ribu IDR/bulan, kira-kira 5ribu IDR perhari. Ngga banyak kok, asal dipakai tiap hari….(Nah ngga janji deh ;D)

Tapi yang paling penting sih, cantik harusnya ngga dari luar saja ya, karena yang paling bagus adalah cantik yang datang dari dalam. Happy dandan yaa!

Kamis, 11 Agustus 2011

Street Fighter

Terpaksa menyetir sendiri itulah kondisi saya sekarang. Hampir 2 minggu ini saya kembali mengendarai mobil pribadi kemana-mana. Terpaksa! Yah, soalnya rute tempat kerja saya yang baru tidak cukup nyaman untuk dilalui dengan angkot dan bus, moda transportasi utama saya selama ini. Padahal yang kenal saya dekat pasti tahu ketidaksukaan saya mengendarai mobil sendiri. Satu, saya tidak mahir parkir apalagi parkir mundur mengingat mobil saya adalah “lokomotif besar”. Dua, saya grogi kalau terpaksa berhenti di jalan menanjak, duuuh kalau mundur bagaimana? 

Namun, mau tidak mau saya harus beradaptasi dan pasrah dengan kondisi saya sekarang. Maka jadilah saya sopir antar kota antar propinsi dengan rute Pondok Gede-Tambun-Cibitung atau Pondok Gede-JORR-Pasar Rebo-JORR-Cibitung. Demi menjemput dan mengetuk pintu rizki, demi bayaran sekolah Idan, demi beli rumah sendiri, saya ikhlas deh. Tapi, FYI, tetap saja saya tidak suka menyetir. Nanti kalau berlian saya sudah banyak, saya mau cari sopir pribadi yang ganteng, keren, dan wangi. Syarat terakhir dibuat mengingat saya trauma dengan aroma tukang ojek pribadi saya selama membuat tesis.

Ada hal-hal yang membuat saya sebal dan bête bila sedang berkendara. Dan tentu saja makin menambah alasan saya tidak menyukai nyetir sendiri. Alasan pertama adalah para pengendara motor. Hadeeuuuh, tobat deh lihat kelakuan motor-motor di jalan, kayak jalan punya moyangnya sendiri. Tiba-tiba menyalip dari kiri, motong jalan seenak jidat, maksa-maksa masuk ke sela antar mobil. Harusnya untuk bikin SIM motor orang wajib punya IQ ya, soalnya menurut pendapat pribadi saya rata-rata orang naik motor ngga punya otak (kecuali Kanjeng Mas Ali tercinta dan Atungnya Idan tersayang). Salah siapa motor jadi mbludak kayak begitu? *salahkan presidennya aja deh*
Yang juga saya sebal kalau ada orang nyetir (mobil/motor) sambil sms-an atau telpon. Astaga, bodoh atau ignorance sih? Gaya sopir motor kalau telpon-telponan juga bikin sebal, HPnya diselipin di helm dan dia ngobrol dengan santainya, ngga sadar kalau jalannya jadi ke tengah dan menghambat orang lain. Apalagi kalau yang sms-an sambil nyetir, idih rasanya pengen banget saya jitak pakai palu reflex. Bodoh yang tidak tertolong! Yang naik mobil juga sama, nyetir sambil smsan, mungkin matanya ada tiga kali ya, yang dua buat bikin text, yang satu lihat jalan. Bodoh kan? Tapi herannya biar bodoh, kenapa mobilnya bagus-bagus ya?
Belum lagi soal kasih lampu sen (benar ngga sih tulisannya?). Banyak sekali yang ngga pernah kasih sen kalau mau belok. Kalau bajaj sih saya maklum lah, hanya Tuhan dan sopirnya yang tahu kemana mereka akan belok. Tapi kalau motor dan mobil kan ada lampu sen-nya, mbok ya kasih sen! Apa dipikirnya semua orang dijalan paranormal, yang bisa tebak dia mau belok kiri atau kanan? 

Kalau nyetir malam-malam, saya sering papasan sama orang gila yang pasang lampu jauh di jalanan dalam kota. Yang lebih sinting lagi, pakai lampu kabut. Gila, pengen bikin saya buta ya? Waktu buat SIM, mintanya di pak RT kali, bukan di Samsat. 

Kalau yang ini sih bukan soal setir menyetir karena terkait pejalan kaki. Kesal ngga kalau lihat ada orangtua menggandeng anaknya di tepi jalan dengan posisi si anak di bagian yang paling dekat dengan jalan? Seakan mengorbankan si anak untuk tersambar mobil paling dulu. 

Ulah anak-anak ABG yang ugal-ugalan nyetir motor juga bikin saya stres di jalan. Sudah ngga pakai helm , bonceng bertiga, ngebut. Duh, orangtuanya tahu ngga sih? Atau jangan –jangan malah bangga kalau anaknya masih piyik dah bisa kebut-kebutan naik motor? 


Tapi yang paling saya takutkan adalah sesama sopir perempuan, ngga naik motor atau mobil. Khawatir mereka ngga bisa berhenti di jalan menanjak dan ngga bisa parkir mundur kayak saya. Hehehe….

Kamis, 28 April 2011

KATA PENGANTAR



 Ini adalah cuplikan kata pengantar dalam tesis saya. Penuh semua penghargaan saya buat orang-orang terdekat saya:

Syukur Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan ke hadirat Allah SWT untuk semua jalan dan kesempatan yang telah dibukakan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan pendidikan sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

            Rasa hormat dan terima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan dorongan selama pendidikan yang saya tempuh. Kepada seluruh pegawai, perawat, dan pekarya Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, saya ucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terkira, karena kalian telah mengajarkan sisi lain cara memandang dan merawat pasien, sehingga melengkapi proses pendidikan saya. 

            Tak ada kata yang dapat menggambarkan rasa syukur dan terima kasih kepada teman-teman batch Januari 2006, yaitu Dr. Ismi Citra Ismail, Dr. Amanda Soebadi, Dr. Ayi Dilla Septarini, Dr. Daulika Yusna, Dr. Desy Dewi Saraswati, Dr. Klara Yuliarti, Dr. Laila, Dr. Matahari Harumdini dan Dr. Sondang Sidabutar. Semua suka dan duka , seluruh tangis dan tawa, terkadang perselisihan-perselisihan kecil telah menemani perjalanan kita bersama dalam menempuh pendidikan. Saya mendapatkan sebuah keluarga baru dalam proses ini, tidak hanya satu, tetapi sembilan orang saudara perempuan. Saat saya merasa bahu tidak kuat lagi menahan beban, kalian menawarkan sembilan pasang tangan untuk mengangkat beban saya. Saat saya tersandung, kalian membantu saya berdiri dan melangkah tegak lagi. Selayaknya keluarga, pertengkaran pun kerap ada, namun konflik justru semakin membuat kita saling mengerti dan lebih menyayangi satu sama lain.  Semoga kalian akan terus menjadi bagian dari keluarga saya untuk sekarang dan seterusnya.

            Sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga saya haturkan kepada ayahanda H. Sugiyanto  dan ibunda Hj. Sri Purbayani yang telah membesarkan, mendidik, dan mendoakan saya tanpa pamrih.Tiada putus dukungan moril dan materi yang telah tersampaikan kepada saya. Tiada terputus pula tersebut nama saya dalam doa ayahanda dan ibunda yang dipanjatkan setiap hari. Teladan bagaimana menjadi orangtua  yang baik tak akan saya lupakan sampai kapanpun. Kepada adik-adikku tersayang, Rina Yustiant, ST dan Dinda Agarita, ST,terima kasih yang setulus-tulusnya saya ucapkan, untuk dukungan dan semangat yang tak hentinya diberikan selama saya menempuh pendidikan. Terima kasih yang tidak terhingga juga kepada adik ipar saya tersayang, Lina Nova Triana, S.Ak, yang selalu menjaga putra saya apabila saya tidak ada untuknya. Tiada yang saya dapat lakukan untuk membayarnya, selain berdoa agar Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.

Rasa syukur dan terima kasih yang tak terkira saya sampaikan kepada suami tercinta, Ali Samian, SS, yang selalu ada untuk saya dan menyediakan semua dukungan, bantuan, pengertian dan kesabaran tanpa batas, bahkan di saat saya berada pada titik terendah sekalipun. Kepada buah hati tercinta, ananda Khaeyru Wildan Ikhsani, terima kasih karena selalu menyayangi Ibu tanpa pamrih walaupun banyak waktu yang terlewati dan janji yang terabaikan. Ananda Wildan-lah yang menjadi obat di saat  Ibu lelah dan sedih. Terima kasih karena kalian selalu bisa menerima kekurangan saya sebagai istri dan ibu yang yang sedang menggapai mimpi.

Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Aria Kekalih yang sangat membantu proses analisis penelitian , juga kepada Bapak Ayi yang mengantar saya menemui semua pasien penelitian ini dan semua pasien kecil saya yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.  Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga saya sampaikan kepada semua pasien yang pernah menjadi guru bagi saya. Percayalah, kalian adalah guru terbaik yang pernah saya miliki dan tidak bisa tergantikan oleh buku teks apapun.

- Rini Purwanti -

Menyiapkan susu formula yang benar


ASI memang makanan terbaik untuk bayi, terutama yang masih berusia di bawah 6 bulan. Panduan WHO terhadap pemberian makan pada bayi adalah ASI eksklusif selama 6 bulan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat kondisi-kondisi yang tidak selalu mendukung seorang ibu menyusui langsung bayinya secara eksklusif. Misalnya ibu dengan infeksi HIV, sakit berat atau bayi dengan gangguan metabolik galaktosemia. Ibu pekerja pun terkadang berada dalam posisi yang sulit untuk dapat memberikan ASI eksklusif karena banyak faktor. Mau tidak mau, pemberian susu formula menjadi solusi pilihan. Tapi ingat ya, BREAST is BEST!

Heboh susu formula yang tercemar bakteri gaungnya masih terdengar sampai sekarang. Wah kepanikan melanda banyak orang, yang kalau buat saya malah jadi lebay!  Untuk informasi, bahkan WHO/FAO dalam pernyataan resminya  tahun 2007 saja menyebutkan bahwa susu formula memang TIDAK STERIL (klik di sini). Jadi bukan sesuatu yang perlu dihebohkan mestinya, kayak ngga ada masalah lain aja yang perlu diurus! 

Karena ketidaksterilan susu formula/bubuk itulah, maka kita perlu tahu cara yang tepat dalam menyiapkan susu botol, mulai dari menyimpan susunya sampai memberikan kepada si bayi. Berikut saya cuplik dari panduan WHO tentang penyiapan susu formula untuk bayi.

Membersihkan
  • Cuci tangan yang bersih dengan sabun di air mengalir
  • Cuci botol dan perlengkapannya dengan air hangat yang dicampur sabun, termasuk tutup botolnya. Gunakan sikat botol dan sikat dot (sikat yang kecil yang dapat masuk ke  bagian dalam dot) untuk menyikat sisa-sisa susu, pastikan tidak ada yang tertinggal, terutama di bagian yang sulit dicapai sikat. Lepas semua bagian botol agar mudah mencapai lokasi yang sulit.
  • Bilas di air mengalir sampai seluruh busa hilang dan bau tidak tertinggal

Sterilisasi
  • Isi panci besar dengan air bersih
  • Masukkan seluruh bagian botol dalam posisi terlepas ke dalam panci, pastikan terendam seluruhnya oleh air dan jangan ada gelembung di dalam bagian botol
  • Tutup panci , didihkan air sampai beberapa saat  (tidak disebutkan lama waktunya, namun kira-kira sampai 5 menit setelah air mendidih). Jangan sampai air dalam panci habis, lalu matikan api.
  •  Tetap biarkan panci dalam posisi tertutup sampai botol hendak digunakan.

    Penyimpanan
    Selalu cuci tangan dengan sabun dan keringkan tangan sebelum memegang botol yang sudah steril.  Lebih baik kalau memakai penjepit steril. Bila ingin menyimpan botol dan peralatannya yang sudah steril dari panci, pastikan botol dirakit terlebih dahulu dan simpan di tempat tertutup agar tidak terkontaminasi kuman. 

    Penyiapan
    • Bersihkan permukaan tempat penyiapan susu formula, kalau perlu dengan dengan desinfektan
    • Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir lalu keringkan
    • Didihkan air
    •   Baca instruksi pada kemasan susu untuk mengetahui perbandingan jumlah susu dan air yang diperlukan. Terlalu encer atau kental bisa membuat bayi sakit
    • Tuang air mendidih tadi ke dalam botol (hati-hati tumpah,kan panas ;D). Suhu yang tepat adalah tidak boleh kurang dari 70 derajat celcius. Jadi susu harus segera diberikan sebelum 30 menit agar suhu tetap terjaga
    •  Tambahkan susu sesuai takaran
    •  Goyangkan/kocok botol agar larutan tercampur rata. Segera dinginkan botol susu dengan menaruhnya di dalam wadah berisi air es atau membiarkan beberapa saat di air bersih yang mengalir. Pastikan yang terendam atau terkena air berada di bawah leher botol agar susu tidak tercemar.
    Penyajian
    • Keringkan bagian luar botol dengan tisu sekali pakai
    •  Cek suhu susu dengan meneteskan sedikit pada pergelangan tangan. Suhu harus terasa hangat
    •  Berikan susu pada bayi. Sebaiknya leher botol terisi susu sehingga tidak ada udara yang terhisap oleh bayi
    • Buang sisa susu apabila dalam dua jam tidak habis diminum
    Repot ya? Jelas! Paham kan kenapa ASI tetap yang terbaik. Siap saji, steril,  tidak basi, praktis, murah dan kalau kata para lelaki di dunia ini, kemasannya unik ;D Lagipula ASI adalah HAK ASASI setiap anak.
    gambar boleh pinjam dari sini

    Anak kita bukan anak sapi, tetapi kalau kondisi mengharuskan anak kita menjadi "anak sapi", setidaknya kita tahu bagaimana seharusnya menyiapkan susu formula yang baik. Jadi, lupakanlah ide menuntut pabrik-pabrik susu yang produknya terdaftar dalam kehebohan susu tercemar. Malah nanti banyak yang menganggur karena  semua pabriknya ditutup. Lho memang susu formula tidak ada yang steril! Memangnya cairan infus? 

    Semoga membantu ya….

    Selasa, 26 April 2011

    Salah Kaprah Pada Kesehatan Anak


    Sering kita mendengar, bahkan mempraktekkan mitos-mitos tertentu yang terkait dengan kesehatan anak. Mitos yang diwariskan turun temurun oleh nenek-kakek dan ayah-ibu kita, padahal kita sendiri tidak tahu kebenarannya. Yuk sama-sama kita kupas benar tidaknya mitos tersebut dan logika dibaliknya. 

    •  Kompres dengan alkohol saat anak demam. Katanya mengompres dengan alkohol pada anak yang sedang demam tinggi akan menurunkan suhu tubuh. Salah lho, Bun! Alkohol yang sering digunakan untuk kepentingan medis berkadar 70% dan sangat toksik karena mudah sekali diserap oleh kulit. Secara fisis, alkohol memang terasa dingin, namun tidak mempengaruhi suhu tubuh secara internal. Kalau kompres alkohol dilakukan, sama saja seperti kita memberi anak minum alkohol karena efek samping yang timbul sama. Kompres yang benar adalah dengan air hangat, diusapkan ke seluruh tubuh dengan kain lembut selama beberapa menit.  
    • Membalur anak dengan bawang merah saat demam . Ini resep warisan dari jaman baheula nih. Ya benar sih bawang merah bersifat melebarkan pembuluh darah, sehingga mengurangi suhu tubuh. Sayangnya bawang merah bersifat iritatif bagi kulit sehingga pada beberapa anak akan timbul kelainan di kulit seperti luka bakar ringan. Bau bawang yang menusuk juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada anak, padahal pada anak yang demam rasa nyaman sangat membantu. Jadi hati-hati ya memberikan kompres balur bawang.  
    • Tumbuh gigi disertai demam. Pada beberapa anak terkadang didapatkan demam dengan derajat rendah (<38 0 C) saat sedang tumbuh gigi, terutama apabila gusi sedang bengkak. Namun tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa anak tumbuh gigi selalu demam. Kejadian demam yang bersamaan dengan kejadian tumbuh gigi harus dicari penyebab lainnya, apalagi bila suhunya  >38,5 C.
    • Kopi dapat mencegah/mengobati kejang demam. Ada yang menyarankan saat anak sedang kejang, diberikan minum kopi/kopi bubuk. Wah, ya tidak  benar dong! Jangan sekali-kali memasukkan apapun ke mulut anak yang sedang kejang, termasuk kopi. Salah-salah nanti malah tersedak dan masuk ke saluran nafas, anaknya justru berhenti bernafas. Tidak ada manfaat apapun dari kopi dalam mencegah/mengobati kejang demam. Anak dapat kejang saat demam karena adanya gangguan hantaran listrik di otak sehingga menimbulkan bangkitan kejang dan risikonya meningkat apabila terdapat riwayat kejang pada orangtuanya atau sudah memiliki kelainan neurologis tertentu. Pemberian minum kopi setiap hari juga tidak berpengaruh dalam rangka pencegahan pada anak yang sudah memiliki riwayat kejang. Kafein pada kopi bahkan lebih banyak bersifat mudharat daripada manfaatnya. Si anak bisa gelisah, tremor dan hiperaktif. Kafein juga dapat menyebabkan asam lambung meningkat sehingga si anak mengeluh sakit perut.
    • Batuk pada anak biasanya TBC paru. Tidak secara umum! Batuk pada anak justru lebih sering karena alergi atau infeksi virus di saluran nafas, berbeda dengan orang dewasa yang memang manifestasi utama infeksi TBC paru adalah batuk. Hanya pada kasus-kasus tertentu saja batuk pada anak yang terkait TBC. Infeksi TBC pada anak lebih sulit ditegakkan diagnosisnya karena gejala yang timbul dapat menyerupai banyak penyakit. Sehingga terkadang membutuhkan lebih banyak pemeriksaan penunjang dibanding orang dewasa.
    •  Minum susu membuat anak menjadi cerdas. Wah ini sih bisa-bisanya yang bikin iklan supaya jualannya laris hehehe. Seorang anak menjadi pintar dipengaruhi banyak faktor, seperti genetik, stimulasi lingkungan dan nutrisi. Peranan susu ada di faktor nutrisi. Nutrisi yang baik akan memperbaiki sambungan-sambungan saraf (sinaps) di otak sehingga rangsang yang didapat dari lingkungan akan diterima dengan baik oleh anak. Anak yang minum susu yang paling mahal dan paling lengkap kandungannya tapi  stimulasi tidak dilakukan oleh lingkungan keluarganya ya tetap saja ngga pintar.
    • Anak tidak nafsu makan, kasih vitamin saja.Sering kan Bunda berpikir begini? Memberikan multivitamin dianggap akan membantu nafsu makan si anak kembali. Padahal banyak faktor yang menyebabkan anak tidak nafsu makan (sudah diposting sebelumnya, ya). Logika kita sebagai orangtua harus dibalik nih, Bun. Pada anak yang sulit makan atau picky eater, mungkin saja akan kekurangan vitamin/mikronutrien tertentu karena asupan makanannya terbatas.  Nah kekurangan  inilah  yang diisi dengan vitamin buatan pabrik itu. Tapi jangan menganggap vitamin sebagai jawaban dari semua kasus susah makan, ya, tetap harus dicari tahu penyebabnya.
    •  Anak gemuk  itu lucu dan sehat. Kita masih sering berpikir seperti itu kan, Bun? Pasti senang kan melihat anak kecil gemuk dan pipinya tembem. Lucu dan bikin gemas! Yuk diubah pikiran itu. Anak yang gemuk dan cenderung obese seperti bom waktu, membawa sejumlah penyakit yang akan terbuka satu demi satu saat usianya menjelang dewasa. Penelitian telah banyak membuktikan bahwa orang dewasa muda yang di masa kanak-kanaknya mengalami kegemukan, akan memiliki peningkatan risiko mengalami gangguan kardiovaskuler  (serangan jantung, stroke, hipertensi) lebih awal. Akibatnya akan terjadi ledakan generasi muda yang tidak produktif karena sakit-sakitan. Anak yang gemuk menjelang remaja juga rawan mengalami depresi sehingga mereka menjadi orang dewasa yang rendah diri. Jadi tidak usah bernafsu membuat anak menjadi gemuk. Sepanjang status gizinya ideal, anak Bunda akan baik-baik saja.
    •  Gigi susu tidak usah dirawat, nanti kan diganti gigi tetap. Lho?? Jelas salah dong, Bun! Gigi susu pun perlu dirawat seperti gigi tetap. Proses makan, mengunyah dan berbicara melibatkan fungsi gigi. Sehingga gigi yang sehat diperlukan. Bayangkan kalau gigi gigis semua, bagaimana si anak bisa makan dengan baik? Jadi upayakan membiasakan anak menyikat giginya sejak gigi pertamanya tumbuh. Apabila gigi anak ada yang berlubang, sebaiknya tetap dibawa ke dokter gigi untuk tata laksana lebih lanjut.
    • Bayi kuning gara-gara tidak dijemur. “Ini gara-gara ngga ada matahari, makanya bayi saya jadi kuning!”. Ah masa sih, Bun? Bayi bisa kuning karena ada pemecahan sel darah merah yang berlebihan. Sebanyak 60-70% bayi normal mengalami kuning pada satu minggu pertama. Sebagian membutuhkan terapi sinar dan yang lainnya tidak. Kuning yang tidak normal bila terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan. Kuning yang berlangsung lebih dari 2 minggu membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Dasar penjemuran dengan sinar matahari adalah karena memiliki panjang gelombang yang dapat memecah bilirubin (zat penyebab kuning) menjadi bahan yang larut air sehingga kadar kuning menjadi turun. Penjemuran bayi dan efeknya terhadap kuning masih menjadi kontroversi. Bagi yang kontra menyatakan bahwa kita tidak pernah tahu berapa paparan panjang gelombang yang dipancarkan matahari setiap hari, sehingga efek terhadap pemecahan bilirubin bermakna. Boleh saja menjemur bayi, namun lebih untuk kepentingan penyerapan vitamin D. Bila akan dijemur, sebaiknya dilakukan pada sekitar jam 7-8 pagi saat radiasi matahari belum terlalu tinggi, selama 10-15 menit. Perhatikan kondisi si bayi jangan sampai kedinginan atau sebaliknya, kepanasan karena bisa menimbulkan luka bakar dan kurang cairan. Apabila bayi Bunda kuning, tetap memerlukan evaluasi dari seorang dokter.
    • Biar nggak kembung dan bodong, pakai gurita. Bayi bernafas dengan bantuan otot-otot di daerah perut. Apabila bayi menggunakan gurita, tentunya terganggu proses pernafasannya. Jadi disarankan tidak menggunakan gurita pada bayi. Takut bodong? Pusar yang bodong terjadi karena kondisi hernia dan tidak semua anak mengalami hernia kan? Sedangkan kembung terjadi karena udara tertelan masuk lambung saat menyusu, karena itu menyendawakan bayi setelah minum sangat membantu mencegah kembung.
                    (Picture is taken from: http://www.chiropracticlifeblog.com/wp-content/uploads/2009/07/hchw.jpg)
     
    Masih banyak sebenarnya mitos-mitos lain yang beredar di masyarakat terkait kesehatan dan tumbuh kembang anak. Kita selaku orangtua layak menimbang dengan seksama dengan logika yang rasional sebelum mempraktikkan mitos-mitos yang ada agar tidak merugikan anak kita.