Biasa deh, menjelang ultahnya Idan tanggal 30 Oktober, Bu'ne jadi sentimentil girl hehehe :p. Mengingat kembali kejadian tanggal 30 Oktober 2005 saat anak Bu'ne paling ganteng sejagat raya lahir :L Kayaknya baru kemarin deh punya bayi, eh sekarang Idan udah jadi jajaka...
Bu'ne sih buat posting ini biar si ganteng suatu saat bisa baca ini dan selalu tahu bahwa dia pernah jadi bayi mungil yang lucu, imut dan tahu bahwa sejak dia lahir, Bu'ne dan Pak'e sudah jatuh cinta setengah mati sama dia. Bahwa Bu'ne sama Pak'e bakalan mengorbankan apa saja buat kebahagiaan dia. Walaupun sekarang si ganteng sudah mulai berulah dan terkadang bikin Bu'ne dan Pak'e sebal (setengah hidup juga)
Ketemu foto-foto bayinya si ganteng. Dulu masih pakai kamera rol gitu (huaah kayaknya jadul banget ya?). Nah Bu'ne fotoin ulang dalam format digital. Foto-fotonya terpaksa Bu'ne ambil via BB. Soalnya kamera digital Bu'ne kan digondol makhluk spesies maling dan belum punya uang buat beli lagi (aaarrgghh masih gondok). Tapi ga apalah, masih untung punya dokumentasi si ganteng kecil hehehe.
Mau lihat si ganteng waktu masih 'piyik'? Nih..
Cinta
Bebek
Minggu, 30 Desember 2012
Kudus, I'm in love (with the food)
Idan manyun di depan bis Nusantara, ga mau pulang ke rumah |
Begitu sampai rumah simbah, taruh barang, mandi langsung naik motor sowan sama Bu Jatmi. Siapa Bu Jatmi? Tidak lain tidak bukan adalah penjual soto Kudus paling enak sedunia, Soto Bu Jatmi, di Jalan Wahid Hasyim, Panjunan. Lapar dan kedinginan tertempa AC bus semalaman langsung hilang kalau makan sotonya. Waduh, ngga ada yang ngalahin sotonya deh (nulis ini sambil ngeces, sluuurrrpp). Ada rasa segar yang tidak bisa ditemukan di genre soto Kudus yang lain. Entah karena faktor kecapnya yang unik, kecap THG, atau memang tangan si Bu Jatmi ini beda dari tangan penjual soto lainnya. Tapi sayang teh manis di tempat si ibu ini kurang cihui manisnya, enak teh di warung padang.
Waaaaah saya sangat ingin makan ini sekarang. Yang mangkuk kecil itu soto ayam dan yang besar soto kebo |
Yang ngga boleh lupa diabsenin opor Sunggingan di jalan Nitisemito. Opor ayam bakar, bukanya hanya pagi dari jam 6 juga kayaknya sudah jualan nih si bapak. Menurut saya opornya sih biasa-biasa saja, ya opor. Tapi yang bikin istimewa itu justru sambel goreng tahunya. Manis, pas sama lidah jawa saya, kalau dicampur sama kuah opornya, waaah laziiisss. Pesannya yang double ya, kalau singel pasti ngga cukup buat perut saya yang ruangannya banyak kayak perut sapi ini hahaha. Anehnya yang langganan tetap di sini justru orang-orang etnis Tionghoa (mau nulis yang lain takut SARA :p).
Lihat nggak cabe rawit kukusnya...sluuuurrrpppp. Di daerah, semakin banyak kalender yang tergantung, berarti warung tersebut semakin terkenal |
Penampakan ayam bu kasmini. Yang gelap itu dari BB saya (haah merindukan si Canon merah yang ditilep maling). Yang jelas itu boleh pinjam dari sini |
Lentog yang porsinya kecil. Tuh kan tuh kan...wajar kan kalau saya nambah :p |
Pak Min yang ngangenin. Yang belum pernah coba sate kebo pasti penasaran |
Bakwan bakar super pedas dan penjualnya |
Pemerahan susu Muria dengan Idan yang hepi melihat sapi diperah dan diberi makan. Lebaran 2012 ketemuan sama Ully dan Little K di sini. |
Penampakan pindang ayam dan si Ayah yang minta nambah serta putranya yang ngambek. Yang bawah itu foto suhu saya sama yang punya warung, Bu Mar. |
Banyak orang yang mencari garang asem Sari Rasa kalau ke Kudus. Hhmm buat saya sih just so so ya. Segar sih memang tapi kurang pedas buat lidah saya, jadi kurang garang rasanya hahaah. Mungkin saya mau kesana lagi tapi ngga sengotot seperti absen wajib ke Bu Jatmi.
Penampakan garang asem yang ngga garang walaupun potongan cabenya banyak api buat saya masih kurang banyak. Dasar anomali lidah |
Lesehan sego tahu di depan penjara. Saking banyak peminatnya, yang beli sampai tepar hahaha |
Anyway, we always have fun at Kudus |
DUNIA DI WAKTU KECIL
Tumbuh sebagai seorang
anak dengan cap kutu buku buat saya sepertinya tidak jadi masalah. Yah walaupun
tidak dipungkiri, setelah saya dewasa ternyata saya menjadi orang dengan
kepribadian cenderung menarik diri dan soliter. Tapi, jujur saja, dengan banyaknya buku di
sekeliling, saya adalah seorang anak dengan banyak fantasi. Mama dan Bapak saya
bisa dibilang jarang mengajak saya dan adik-adik saya berlibur di luar kota, di
dalam kota saja rasanya bisa dihitung dengan tangan. Liburan saya hanya berkisar
menginap di rumah simbah dan bude-bude saya. Tapi kayaknya saya tidak pernah
berkeberatan. Kenapa? Karena imajinasi saya jalan terus akibat terlalu banyak
membaca.
Saya tidak pernah bosan duduk di sudut menyender tembok atau membaca sambil tiduran dengan sebuah komik atau novel anak-anak yang tebal. Padahal buku-buku tersebut sudah berkali-kali saya baca sampai menguning. Herannya, kegemaran saya membaca (dan juga suami saya) tidak menurun kepada si Idan. Hadeuuuh, salah saya kurang getol membacakan cerita untuknya.
Saya tidak pernah bosan duduk di sudut menyender tembok atau membaca sambil tiduran dengan sebuah komik atau novel anak-anak yang tebal. Padahal buku-buku tersebut sudah berkali-kali saya baca sampai menguning. Herannya, kegemaran saya membaca (dan juga suami saya) tidak menurun kepada si Idan. Hadeuuuh, salah saya kurang getol membacakan cerita untuknya.
Saya paling senang
membaca dongeng Grimm, Andersen atau Perrault seperti kebanyakan gadis kecil lainnya. Semua ceritanya saya hapal. Semua fairy
tale saya tahu. Saking menikmati dongeng tersebut, kadang saya termimpi-mimpi
dan berkhayal jadi putri yang disihir dan diselamatkan pangeran. Kalau Mama-Bapak marah pada saya, saya ngumpet dikamar, berpura-pura mereka adalah naga dan penyihir yang jahat. Dan saya sesenggukan menanti ada ksatria pemberani menyelamatkan saya. Sampai saya lupa sendiri kalau saya sedang sedih habis dimarahin. Hahaha klasik
khayalan anak ingusan dan itu terbawa sampai saya jadi emak-emak. Apalagi
gambar-gambar di buku-buku cerita saya itu klasik, baguuuus sekali. Sampai
kadang saya contek dan jiplak tapi tidak pernah berhasil dengan baik.
Sekarang rasanya saya
jarang menemukan buku anak dengan ilustrasi yang bagus. Kebanyakan so cartoony,
peyang penjol tidak jelas gambarnya. Tidak seperti gambar indah di buku-buku
saya dulu yang jelas sekali rasa seninya (atau memang sense of art saya yang beda
haluan dengan illustrator buku anak sekarang). Pokoknya nyeni banget, nyaris seperti lukisan surealisme alirannya Basuki Abdullah dan Raden Saleh. Niat banget deh buku cerita anak dilukis pakai cat minyak, ga kayak sekarang, pakai komputer. Kurang nyeni.
Biar paham maksud
saya, saya beri contoh beberapa gambar dan sedikit ringkasan ceritanya
Ini cerita si Little Red Riding Hood. Anak yang diutus ibunya menengok sang nenek yang tinggalnya di seberang hutan. Di tengah jalan bertemu serigala dan sempat berbincang dengan mahluk buas itu. Serigala lalu pergi ke rumah nenek dan menyamar jadi nenek, tapi akhirnya berhasil ditembak ayah si Tudung Merah (ada beberapa versi tapi Grimm memperhalusnya). Pesan moralnya adalah jangan bicara dengan orang asing kalau bepergian.Kalau nekat, bisa-bisa nenek dimakan serigala hehehe |
Lalu ada lagi si Hansel and Gretel, anak Jerman yang kesasar ke rumah permen dan kue milik penyihir kanibal yang suka makan anak-anak gendut dalam kuali. Pesan moralnya sebenarnya adalah kalau pergi sendiri, jangan jauh-jauh dari rumah, bisa tersasar. Dan kalau makan dinding kue dari biskuit, ssstt kunyahnya pelan-pelan, biar ga ketauan yang punya rumah :) .
Terus si Thumbelina, anak perempuan yang sebesar jempol orang dewasa. Yang lahir dari bunga tulip yang mekar. Awalnya Thumbelina selalu protes tentang ukuran tubuhnya yang mungil karena ia jadi tidak bisa kemana-mana. Saking mungilnya, ibunya menidurkannya dalam kulit kenari.
Thumbelina melarikan diri dari ibu katak yang ga tau diri :)
Gambar dari sini
|
Thumbelina diculik ibu katak yang ingin menikahkan dia dengan anaknya yang jelek. Singkat cerita, akhirnya Thumbelina menikah dengan Pangeran Peri yang tinggal di kerajaan peri di ladang tulip. Moral ceritanya, selalu bersyukur jadi diri sendiri dengan kelemahan yang ada, karena pasti ada happy ending-nya. Misalnya ketemu pangeran tampan dan jadi ratu terus punya sayap *fufufu*
Kalau yang ini cerita tentang putri dan kacang polong (the princess and the pie). Jadi ada seorang pangeran yang mencari jodoh, inginnya punya istri yang perasaannya halus (lelembut kalee ah), tapi tidak jua kesampaian. Suatu malam yang berhujan deras, istananya diketuk seorang putri yang kebasahan (tau dari mana ya, emang keluyuran pakai mahkota?). Sang putri walaupun basah kuyup, bajunya robek-robek karena kena badai dan bertelanjang kaki, terlihat cantik sekali (putri raja gembel kali yaak?) dan sang pangeran langsung jatuh cinta (eeeaaaa plis deh ah). Oleh Ibu Ratu, si putri diuji kehalusan perasaannya dengan tidur di tempat tidur dengan kasur berlapis-lapis yang didasar kasur terbawah ditaruh sebuah kacang polong. Paginya, si putri laporan ngga bisa tidur semalaman karena ada sesuatu yang keras di tempat tidurnya. Taraaaa dan langsung deh diangkat jadi mantu. Moral cerita kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda eh maksudnya Don't judge the book by its cover. (Dan jangan nginep di rumah cowok bukan muhrim, jeng, nanti digrebek pak RT). Gambar diambil dari sini
Cerita putri yang lain adalah The Princess and the Frog (bukan yang Tiana dari versi Disney loh ya). Ada putri nih yang waktu main bola emas hadiah dari ayahnya(putri kok main bola?), nah bolanya kecemplung di sumur yang dalam. Putri itu sedih sekali. Tiba-tiba ada seekor katak yang bisa bicara dan bersedia mengambilkan bola emas itu dari dasar sumur asal sang putri mau menciumnya. Ternyata setelah bola diambil, si Putri membatalkan janjinya dan malah kabur. Sang katak lalu mengadu ke Raja, ayah si Putri dan membuat sang raja marah karena putrinya berbohong. Sang putri lalu diperintahkan untuk membawa katak itu ke kamarnya dan memperlakukannya baik-baik. Setiba dikamar, dengan jijik diciumnya sang katak itu lalu dilemparkan sekuat tenaga ke dinding kamar dan ternyata alih-alih katak, yang membentur dinding adalah seorang pangeran tampan (kenapa sih pangeran selalu dibilang tampan, emang ga ada yang jelek ya?). Ternyata katak itu adalah pangeran yang disihir dan hanya bisa kembali bila ada seorang putri yang mau menciumnya. Sampai disini, setelah saya dewasa, saya lebih suka versi Disney, yang putrinya justru berubah jadi katak juga hihihi. Moral cerita: jangan ingkar janji (dan jangan lupa sikat gigi sebelum mencium katak). Catatan : gambar dari sini
Selasa, 13 November 2012
WINNIE THE POOH
Ga sengaja nonton Winnie the Pooh. Kok tiba-tiba menemukan banyak keanehan ya sama karakter-karakter dalam film ini. Sumpah, baru sadar deh. Hahaha jadilah saya menonton si Winnie dan kawan-kawannya sambil menganalisis jiwa karakternya (salah jurusan kayaknya ya saya). Dan akhirnya saya ambil kesimpulan, film ini ga bisa ditonton si Idan tanpa didampingi. Yah walaupun nilai-nilai persahabatannya cukup banyak. Tapi tokoh-tokohnya kayaknya sakit jiwa semua ya?
Si Winnie itu menurut saya karakter anak gendut yang rakus. Entah karena dia gendut lalu berubah jadi pribadi yang rendah diri dan terobsesi pada madu, atau karena dia karena dia memang sudah rendah diri dari “sono”-nya dan melarikan diri dengan mencandu madu. Ih kan ga beres tuh? Masa dimana saja setiap saat dia memikirkan madu sampai jadi halusinasi? Apa ngga dicontoh sama anak-anak ya nanti? Terobsesi makanan sampai jadi obese? Walau demikian, Pooh sangat baik hati, tidak pernah bersitegang dengan teman-temannya, selalu menjadi penengah. Oh ya satu lagi, Pooh itu ngga bisa mengeja dengan baik,soalnya dia ngga sekolah sih…. (Pooh also said: I’m the bear with little brain, so long words bored me)
Terus ada Tigger yang menurut saya ADHD. Loncat sana loncat sini boing boing….ngga bisa diam. Super excited on everything, not normal to me. Tigger juga suka bohong, melebih-lebihkan kemampuannya. Looh nanti kalau ditiru sama anak-anak? Tigger sulit memusatkan perhatian dan tidak mendengarkan orang lain berbicara. Coba lihat aja, si Tigger nabrak sana nabrak sini, kalau diikuti anak-anak dan ada yang luka bagaimana? Walaupun Tigger begitu, tapi dia setia kawan selalu siap menolong temannya meski kadang konsekuensinya ga dipikirkan terlebih dahulu. Dengan kata lain si Tigger ini impulsive dan optimis.
Belum lagi menyebutkan si Piglet. Makhluk kecil merah jambu yang super penakut, fobia berlebihan sama semua hal. Belum-belum sudah takut duluan padahal kebanyakan ketakutannya tidak beralasan. Masa dia takut sama suara angin, daun bergemerisik. Wah kayaknya si Piglet ini gangguan cemas berlebihan deh yang perlu terapi hehehe. Apa enaknya hidup kalau belum mencoba sudah takut duluan? Tapi balik ke nilai-nilai yang ingin ditonjolkan film ini, Piglet adalah seekor babi yang setia kawan. Walau takut luar biasa, Piglet mencoba menghadapi demi membela temannya (seringnya dengan suara mencicit dan kuping gemetar). Kalimat Piglet yang saya ingat: It is hard to be brave, when you're only a Very Small Animal
Eeyore, keledai abu-abu bermata sayu dan berekor layu yang paling menunjukkan ciri-ciri gangguan jiwa paling jelas di antara teman-temannya. Kayaknya sih Eeyore ini depresi berat deh soalnya dia selalu murung berlebihan, tidak pernah ada sesuatupun yang membuatnya tersenyum. Selama saya nonton sih, ga pernah lihat Eeyore tertawa walaupun teman-temannya sudah berusaha sekuat tenaga. Eeyore juga karakter pesimis. Eeyore juga pemalas, kerjanya duduk di atas bukit, menarik diri dari pergaulan, merenung, dan bersedih. Baaaah mana boleh Idan jadi anak model begini? Yang bagus dari Eeyore apa yah? Wah saya sih ga bisa nemuin satu sifat bagus dari dia. Eh mungkin juga Eeyore begini karena seringnya setiap dia angkat bicara, sama teman-temannya yang lain selalu dicuekin dan dianggap angin lalu. Kasian kamu, Eeyore, padahal kamu banyak mengucapkan kata bijak. Pelajarannya, jangan meremehkan orang lain karena bisa saja kamu membuat dia menjadi depresi.
Rabbit, kelinci tua pemarah, penggerutu dan terobsesi kebersihan. Kayaknya sih punya Obsessive Compulsive Disorder. Kalau orang Betawi bilang, senggol bacok, jek… hahaha. Masa anak-anak mencontoh kelakuan si Rabbit? Hadeuh bisa tawuran mulu deh. Untungnya Rabbit ini suka makan sayur dan mengeja paling baik diantara teman-temannya. Masih bisa dicontoh lah sama anak-anak.
Uhhmm siapa lagi ya? Oh iya Christopher Robbins,si empunya boneka. Kata saya sih, dia skizofren soalnya berkhayal berlebihan tentang boneka-bonekanya yang jadi hidup di hutan 100 acres. Atau dia kebanyakan baca buku, jarang main keluar dan sosialisasi dengan anak-anak sebayanya. Kalau anak jaman sekarang, kebanyakan main gadget. Hihihi… Terus bedanya mengkhayal yang sehat dengan halusinasi visual dan auditorik di mana yaaa?
Karakter paling “normal” di Winnie-The Pooh buat saya adalah Roo. Kangguru kecil yang ceria, pandai, pemberani, bersahabat, sopan, menurut pada ibunya. Roo realistis sesuai jiwa anak seharusnya. Roo yang mestinya dijadikan karakter utama pada film ini.
Itulah pentingnya mendampingi anak menonton TV, bisa menunjukkan mana yang baik dan mana yang salah. Walaupun Winnie-The Pooh termasuk kelompok kartun aman bebas kekerasan, tapi siapa sangka karakternya mencerminkan banyak sisi gelap yang kalau tidak hati-hati bisa ditiru oleh anak-anak.
Bagusnya, film ini mengajarkan indahnya persahabatan dan setia kawan kepada anak-anak. Banyak nilai-nilai baik yang bisa diambil dari kalimat-kalimatnya. Seperti berikut :
A little Consideration, a little Thought for Others, makes all the difference –Eeyore
Don't underestimate the value of Doing Nothing, of just going along, listening to all the things you can't hear, and not bothering – Piglet
If the person you are talking to doesn't appear to be listening, be patient. It may simply be that he has a small piece of fluff in his ear – Eeyore
If you live to be a hundred, I want to live to be a hundred minus one day, so I never have to live without you - Pooh
It's always useful to know where a friend-and-relation is, whether you want him or whether you don't – Rabbit
Just because an animal is large, it doesn't mean he doesn't want kindness; however big Tigger seems to be, remember that he wants as much kindness as Roo – Roo
You can't stay in your corner of the forest, waiting for others to come to you; you have to go to them sometimes - Piglet
Minggu, 07 Oktober 2012
Di atas langit ada langit (edisi ga pede sama diri sendiri)
Hiks...minggu ini benar-benar membuat depresi. Dimulai dengan begadang di NICU, gagal intubasi dan bayinya ga ketolong. Dilanjut dengan sakit flu yang lumayan memaksa tidur saja di ranjang. Lalu miskomunikasi yang parah dengan perawat sampai akhirnya meledakan emosi seseorang. Benar-benar menghancurkan kredibilitas.
Baru merasa sekarang , gue ini bukan orang pintar ternyata. Semu! Otak sudah tumpul karena lama ga belajar. Merasa paling pintar, tapi ternyata bodoh. Hikshikshiks...
Mesti belajar lagi rupanya? Ah tapi otak gue sudah terlalu datar giri dan sulci-nya. Apa gue masih sanggup menelaah jurnal-jurnal ilmiah dan isinya itu? Lagipula, sekarang saatnya Idan dan masa emas otaknya. Lebih baik saya fokus ke dia daripada mementingkan diri sendiri.
Sudahlah... Gue lelah mesti berjaga sampai dini hari. Gue ga sanggup dibangunkan telpon bernada emergensi. Ga sanggup debar jantung ini mengatasi aliran adrenalin yang kencang. Ah, sudah lewat masanya.
Gue cuma pengen hidup tenang. Jam kerja teratur, menikmati senja dengan secangkir teh bersama mas Ali dan Idan. Gue ga cari nama dan ketenaran kok. Cukuplah gue menjadi diri sendiri, mensyukuri apa yang ada yang menjadi bagian rizki gue.
Ah, andai gue bisa bilang : TERIMA KASIH, DOK. SAYA SELESAIKAN DI SINI SAJA....
Baru merasa sekarang , gue ini bukan orang pintar ternyata. Semu! Otak sudah tumpul karena lama ga belajar. Merasa paling pintar, tapi ternyata bodoh. Hikshikshiks...
Mesti belajar lagi rupanya? Ah tapi otak gue sudah terlalu datar giri dan sulci-nya. Apa gue masih sanggup menelaah jurnal-jurnal ilmiah dan isinya itu? Lagipula, sekarang saatnya Idan dan masa emas otaknya. Lebih baik saya fokus ke dia daripada mementingkan diri sendiri.
Sudahlah... Gue lelah mesti berjaga sampai dini hari. Gue ga sanggup dibangunkan telpon bernada emergensi. Ga sanggup debar jantung ini mengatasi aliran adrenalin yang kencang. Ah, sudah lewat masanya.
Gue cuma pengen hidup tenang. Jam kerja teratur, menikmati senja dengan secangkir teh bersama mas Ali dan Idan. Gue ga cari nama dan ketenaran kok. Cukuplah gue menjadi diri sendiri, mensyukuri apa yang ada yang menjadi bagian rizki gue.
Ah, andai gue bisa bilang : TERIMA KASIH, DOK. SAYA SELESAIKAN DI SINI SAJA....
Minggu, 30 September 2012
Mommies ROCK, Mommies RULE the world
Sejak mengasuh grup masalah kesehatan anak sehari-hari dari 2 tahun yang lalu, ada beberapa manfaat yang bisa saya ambil. Paling menyenangkan adalah berkenalan dengan beberapa ibu-ibu super. Sungguh saya kagum dibuatnya melihat sepak terjangnya. Terkadang malah minder jadinya, merasa jadi ibu yang payah dibanding mereka. Segala keluhan yang saya lontarkan terkait betapa capeknya saya menjadi nakhoda rumah tangga saya seakan-akan tidak ada artinya dibanding para ibu hebat tadi.
Mau kenalan ga sama mereka? Siapa tahu kisah hidupnya menginspirasi kita dan membuat kita menjadi lebih baik dalam segala hal. Beberapa di antara mereka memiliki anak "spesial", berkebutuhan khusus. Tentu tidak mudah bagi mereka dan keluarga lainnya mengatasinya. Coba bayangkan, memiliki anak yang memiliki kondisi medis khusus, berapa stok kesabaran yang harus tersedia? Belum lagi berapa jumlah biaya yang mesti dikeluarkan. Tapi kayaknya dari obrolan-obrolan kami, para supermoms ini kelihatan santai, menerima keadaan, ikhlas, bahkan masih bisa berbagi dengan orang lain.
(Lah aku? Idan nilainya turun aja udah panik setengah mati, stres sendiri sampai migren, mikir yang nggak-nggak kenapa sampai Idan jeblok nilainya. Idan berulah sedikit aja, aku langsung teriak-teriak ga sabar dan marah. Idan sakit panas sedikit saja, langsung lebay kasih antibiotik canggih (padahal ke pasien paling selektif kasih antibiotik).Dasar aku emak lebay bin jablay alay! Ga bisa deh dibandingkan stok ikhlas dan sabarku dengan emak super tersebut).
Haloo...iya bener, saya yang pesan asinan 1 lusin tadi.... |
Seperti contohnya, mbak Risris Kartaatmadja aka Ibu Embun. Dua dari tiga buah hatinya memiliki kondisi neurologis cukup rumit. Tapi kayaknya mbak Risris tetap senyum, bercanda, masih menulis ini itu, masih sempat berbagi ilmu dengan orang lain. Mengedukasi masyarakat di sana sini, mengorganisir seminar, bicara di banyak tempat. Masih rajin buat kue sendiri buat keluarga (jadi mikir, gimana bagi waktunya sih?).
Saya ngga nyanyi ini...sumpah |
Lalu ada mbak Primaningrum aka Ibu si kembar tiga. Akibat lahir prematur, bayinya yang terkecil ga survive dan yang nomor dua mengalami ROP dan akhirnya tuna netra. Buatku, mbak Prima ini ga pernah patah arang membimbing Balqiz yang memiliki kendala. Hebatnya lagi, membuat yayasan pendukung orangtua yang memiliki keadaan yang sama , plus satu lagi, jadi selebritis hahaha (jadi ingat donat J-co nih).
Duuh, kenapa sih difoto? Eike kan pemalu... |
Terus ada mak Ros (maknyaak aku ga nemu fotonya dirimu..) (akhirnya nemu foto dirimu hahaha ) yang putra terkecilnya punya masalah segudang sejak lahir, namun tampak sangat tabah mengatasi semua hal yang timbul. Masih sering bercanda pula. Padahal si kecilnya sempat menjalani sekian rangkaian operasi besar (hatinya sebesar apa ya?).
Dessy itu yang senyum ya hahaha.... |
Ada pula mbak Dessy Mardiana yang anak ketiganya survive dari ensefalitis dan ITP. Dari pengalamannya, beliau aktif di sebuah komunitas pendukung dan berbagi dukungan. Masih pula buka usaha katering rumahan dan jadi kutu loncat Jakarta-Jogja-Bali (apa punya sayap ya?).
Coba kalau aku? Lah Idan kuning hiperbilirubinemia dirawat karena light therapy intensif aja aku nangis bombay pakai pegangan tiang. Benar-benar aku ini ibu TERLALUU...
Itu yang saya lihat dari luar sih, ga pernah tahu juga isi hatinya. Maksudnya, dari cerita mereka, saya bisa ambil kesimpulan, kalau pun kita sedih atas sebab apapun, bagaimanapun juga hidup harus berlanjut. LIFE GOES ON AND EVERY SECOND COUNTS. Buat apa menyesali keadaan, tidak akan berubah kecuali kita mengubahnya menjadi lebih baik. Berbuat sesuatu lebih baik daripada duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Lalu buat apa membombardir (bener ga sih tulisannya?) orang lain dengan kesulitan kita dengan menampakkan wajah sedih setiap waktu? Benar kan?
Hhhmm siapa lagi ya?
Eri yang nyengir karena jualannya laris |
Ini gambar bu Ani? Kok kayak kue? |
Ibu yang satu ini juga ga kalah hebat, bu Ani Berthy. Bunda ini anaknya 8... (iyaa, benar 8 hehehe), tapi super hebat. Masih bisa buka usaha baking. Padahal si kecilnya punya Down Syndrome dan pernah menjalani operasi jantung besar. Malu saya sama ibu-ibu ini. Laaah anak satu aja kerepotan ngurusnya, kayak ga niat punya anak huhuhu payaah.
Bukan ternyata..yang ini bu Ani-nya |
Belum lagi ada maknyak Lia Kariani, pegawai plat merah ini juga termasuk sibuk (ngitungin duit tiap hari). Hebatnya masih bisa buka usaha sambilan buat praline. Terus bu dosen Lenggogeni, walaupun sibuk masih bisa nge-game tiap hari..eh salah masih sempat buat cemilan sehat buat anak-anak tercinta. Laaah, saya? Rencana mau buka usaha sampingan aja dari dulu mentok terus di niat. Niat mo buat kue untuk Idan tiap hari aja cuma sebatas angan-angan hiks.
Apakah ini arca Roro Jonggrang yang hilang? Bukaaaan....ini juragan coklat |
Nah jangan main-main sama bu dosen ini Bisa-bisa ngga dilulusin sekolah ;) |
Oooy |
Beda generasinya sangat terlihatkah? |
Dari angkatan di bawah saya (huaah ketauan umurnya deh), ada Putri Little Holiday (still thinking funny about the name hahaha) dan Ully Narulita Insani yang semangat keibuannya melebihi saya yang sudah lebih senior (hiks). Waktu saya seumuran mereka berdua dan punya anak kecil, saya tidak sehebat mereka, yang bersedia menjadi fulltime mom agar bisa mengawasi si mungil tumbuh. Memberikan makanan homemade, berkomitmen memberikan asi eksklusif, mencari tahu semua ilmu tentang tumbuh kembang anak. Laah gue? Boro-boro makanan homemade, lah gue aja jarang makan diperbudak sistem sekolah (gubraaak). Terus ASI eksklusif? Wah jangan nanya saya deh, saya mah ngomong doang (tutupmuka pakai bantal)
Masih banyak lagi sih para supermom, tapi ga mungkin juga diceritakan satu-satu di sini (alasaaaan, beib, padahal udah ngantuk). Tapi walaupun saya tidak sehebat mereka, ada satu persamaan saya. Saya sangat mencintai anak dan keluarga saya (serius nih ya ayah dan idan,,,serius nih ibu) seperti halnya para supermom mencintai keluarga masing-masing.
Terima kasih ya sudah menginspirasi saya untuk menjadi orang dan ibu yang lebih baik. Sangat tidak menyesal mengenal kalian semua.
Sabtu, 29 September 2012
Kalau kau bobo
Narsis sedikit ya? Saya ini pecandu wajah anak saya. Buat saya, ga ada anak lain seganteng dan selucu Idan. Mungkin memang dia keling meling meling, kurus ga semok kayak anak lain, tapi wajahnya ganteng ala Jawa (halaaaah opo meneh kuwi). Hidungnya lumayan bangir kayak ayahnya (*and the rest of the Supeno clan*), gak ngikut hidung ibu yang ala Benyamin Sueb, mekar bagai bolu kukus bebas kutukan (nyengiiiir). Pokoknya tampang Idan ini besok gede bakalan cowok banget deh (anti Korean look). Apalagi kalau dilihatnya pas lagi bobo (iyaa soalnya ga pakai pecicilan). Soooo peaceful, almost angelic like.
Semua orangtua pasti paling senang saat melihat wajah anaknya waktu bobo. Damai, tenang, ga ada beban. Seakan-akan dalam mimpinya cuma ada dunia permen dan es krim warna warni. Obat capek paling mujarab, ya kan?
Saya juga begitu. Jam kerja saya yang sampai malam seringkali membuat saya sedih karena tidak bisa mengantarkan Idan bobo. Jadi acapkali saya pulang ke rumah yang hanya menyala lampu redupnya dan menemukan Idan dengan wajah malaikatnya tertidur pulas. Sangat sering, bobo berdua sama ayahnya (nah kalau mukanya si ayah sih ga kayak malaikat, kalaupun iya kayak malaikat udah pensiun ribuan tahun silam, yang ada gondok karena bete ga ditungguin pulang kerja huahuhuhu).
Kalau begini, sering iseng mengabadikan pose-pose si ganteng Idan bobo. Buat kenang-kenangan kalau suatu saat mukanya berubah ga kayak malaikat lagi hahaha...
Semua orangtua pasti paling senang saat melihat wajah anaknya waktu bobo. Damai, tenang, ga ada beban. Seakan-akan dalam mimpinya cuma ada dunia permen dan es krim warna warni. Obat capek paling mujarab, ya kan?
Saya juga begitu. Jam kerja saya yang sampai malam seringkali membuat saya sedih karena tidak bisa mengantarkan Idan bobo. Jadi acapkali saya pulang ke rumah yang hanya menyala lampu redupnya dan menemukan Idan dengan wajah malaikatnya tertidur pulas. Sangat sering, bobo berdua sama ayahnya (nah kalau mukanya si ayah sih ga kayak malaikat, kalaupun iya kayak malaikat udah pensiun ribuan tahun silam, yang ada gondok karena bete ga ditungguin pulang kerja huahuhuhu).
Kalau begini, sering iseng mengabadikan pose-pose si ganteng Idan bobo. Buat kenang-kenangan kalau suatu saat mukanya berubah ga kayak malaikat lagi hahaha...
Wajah yang memabukkan |
Mimpi apa ya? |
Gaya mengusel-usel |
Pengen begini terus selamanya |
Sleep tight, we'll take care of you |
Setelah setahun berlalu
Sudah lama ga nge-blog ... terlalu ya. Bahkan sampai nyaris lupa password-nya (*tepokjidat*)
Mencoba berjanji pada diri sendiri deh, bakal rajin curhat lagi di sini. Walau isinya cuma hal-hal ga penting.
Sudah setahun lewat dari terakhir cerita di sini ya? Let's see, setahun ini sudah apa saja yang terlewati.
Tapi semuanya terbayar dengan apa yang saya dapat sekarang. Menemani Idan sampai berangkat sekolah, menyiapkan bekal dan sarapannya, menciumnya saat berangkat sekolah. Hal-hal kecil yang saya tidak pernah lakukan sebelumnya. Tidak ada lagi bangun tergopoh-gopoh jam 4 pagi dan berangkat jam 5.30 karena mengejarbusway transjakarta yang kosong atau pulang dengan seluruh energi terkuras. Cukup sudah 5 tahun saya melakukan itu. Tidak mau lagi!
Dan terdamparlah saya di sebuah RSIA kecil dengan fasilitas tidak jauh berbeda dari klinik rawat inap. Yang kondisinya kadang membuat saya frustasi kembali karena tidak banyak yang bisa saya lakukan di sini. Serasa di pelosok suatu daerah! Tapi RS ini bisa saya tempuh 5 menit dari rumah, sehingga waktu dan energi saya tidak tersita. Walau dengan konsekuensi degradasi IQ :D. Biarlah, prioritas saya bukan jadi yang paling pintar atau terkenal, kok. Apakah rizki berkurang? Satu pintu tertutup, beberapa pintu terbuka buat saya, sehingga saat ini saya berpraktek di 3 RS seputar Pondok Gede saja yang saya bisa akses dalam 30 menit. Alhamdulillah...and which favor of Alloh SWT you denied?
2. Punya rumah sendiri
Yaaay, akhirnya saya berhasil memenuhi janji untuk punya rumah sendiri di usia 35 tahun. Terlambat ya? Hahaha lebih baik telat daripada tidak pernah. Setelah menikah 8 tahun, berpindah-pindah rumah kontrakan, 4,5 tahun di rumah petak sewa bulanan, kami punya rumah. Alhamdulillah. Kebayang ga, menyelesaikan studi spesialisasi anak dari sebuah rumah petakan? Bertumpuk-tumpuk buku punya saya, punya si ayah dan juga punya Idan. Sumpek sangat! Tapi kami betah-betahkan karena saat itu, rumah itu adalah yang terbaik yang kami miliki. Dan saya bisa kok lulus memuaskan. Bertahun-tahun kami bermimpi, kapan punya rumah sendiri ya? Dengan halaman yang cukup memberikan jarak dengan tetangga, sehingga kami tidak mendengar mereka bertengkar atau membincangkan orang lain. Maklum saja, penghuni lingkungan rumah petak kami kebanyakan dari golongan bawah. Andai mereka tahu, ada seorang (calon) dokter anak tinggal di lingkungan rumah petak mereka :D.
Sampai akhirnya tabungan kami cukup untuk membeli rumah. Rumah beneran loh. Dua lantai dengan halaman yang luas untuk Idan lari-lari. Walaupun kami beli dengan cara mencicil dengan fasilitas KPR dan uang mukanya menghabiskan seluruh tabungan kami sehabis-habisnya. Idan punya kamar sendiri yang nyaman akhirnya, bisa menaruh semua mainan dan buku-bukunya. Bisa meluruskan kakinya saat nonton tv, bisa main sepeda depan rumah. Ayah punya ruang belajar sendiri dan punya rak buku yang besar. Saya punya dapur yang cukup lega untuk memasak. Dan akhirnya tempat tidur King Size yang kami beli di awal menikah dulu tidak lagi dititipkan di rumah Bapak karena sekarang bisa masuk kamar kami yang lega. Yaaay....
Sayangnya, awal kepindahan kami disambut oleh insiden "kecil". Baru seminggu pindah, disatroni maling. Tas batik saya yang harganya lumayan itu diangkut beserta isinya (kamera digital, tablet, dompet, uang, hp) dan komputer si ayah juga dibawa. Padahal seluruh tesis si ayah ada disitu dan belum di-backup. Saya sumpahin itu maling miskin 7 turunan, kejebur got bau, dan abses di perianal (byuuhbyuuh). Kata ayah, yaah mungkin zakat kami masih kurang (love you, ayah, for always be positive). Tapi traumanya membekas sekali, sehingga berubahlah rumah minimalis kami menjadi "kedubes Amerika" hahaha
Jadiii...ya itu setahun ini kejadian yang buat saya penting maknanya. Eh satu lagi ding, Idan disunat. Tapi itu nanti lain cerita yaa.
Saya buat catatannya di blog supaya bisa saya kenang lagi suatu saat. Pleaseee, blogspot jangan bernasib sama kayak multiply yaa. Besok saya isi lagi deh dengan curhat ga penting saya, insya Allah. Pokoknya kemarin, sekarang, besok dan selalu serta masih akan bersyukur. Karena hidup selalu naik turun.
Mencoba berjanji pada diri sendiri deh, bakal rajin curhat lagi di sini. Walau isinya cuma hal-hal ga penting.
Sudah setahun lewat dari terakhir cerita di sini ya? Let's see, setahun ini sudah apa saja yang terlewati.
- Pindah-pindah kerjaan
Sama pasien ROP
(huahuhuhu kasiannya kamu,nak)
Tapi semuanya terbayar dengan apa yang saya dapat sekarang. Menemani Idan sampai berangkat sekolah, menyiapkan bekal dan sarapannya, menciumnya saat berangkat sekolah. Hal-hal kecil yang saya tidak pernah lakukan sebelumnya. Tidak ada lagi bangun tergopoh-gopoh jam 4 pagi dan berangkat jam 5.30 karena mengejar
Dan terdamparlah saya di sebuah RSIA kecil dengan fasilitas tidak jauh berbeda dari klinik rawat inap. Yang kondisinya kadang membuat saya frustasi kembali karena tidak banyak yang bisa saya lakukan di sini. Serasa di pelosok suatu daerah! Tapi RS ini bisa saya tempuh 5 menit dari rumah, sehingga waktu dan energi saya tidak tersita. Walau dengan konsekuensi degradasi IQ :D. Biarlah, prioritas saya bukan jadi yang paling pintar atau terkenal, kok. Apakah rizki berkurang? Satu pintu tertutup, beberapa pintu terbuka buat saya, sehingga saat ini saya berpraktek di 3 RS seputar Pondok Gede saja yang saya bisa akses dalam 30 menit. Alhamdulillah...and which favor of Alloh SWT you denied?
Di tempat praktek
2. Punya rumah sendiri
Yaaay, akhirnya saya berhasil memenuhi janji untuk punya rumah sendiri di usia 35 tahun. Terlambat ya? Hahaha lebih baik telat daripada tidak pernah. Setelah menikah 8 tahun, berpindah-pindah rumah kontrakan, 4,5 tahun di rumah petak sewa bulanan, kami punya rumah. Alhamdulillah. Kebayang ga, menyelesaikan studi spesialisasi anak dari sebuah rumah petakan? Bertumpuk-tumpuk buku punya saya, punya si ayah dan juga punya Idan. Sumpek sangat! Tapi kami betah-betahkan karena saat itu, rumah itu adalah yang terbaik yang kami miliki. Dan saya bisa kok lulus memuaskan. Bertahun-tahun kami bermimpi, kapan punya rumah sendiri ya? Dengan halaman yang cukup memberikan jarak dengan tetangga, sehingga kami tidak mendengar mereka bertengkar atau membincangkan orang lain. Maklum saja, penghuni lingkungan rumah petak kami kebanyakan dari golongan bawah. Andai mereka tahu, ada seorang (calon) dokter anak tinggal di lingkungan rumah petak mereka :D.
Nih, rumah petak kami dan penghuninya yang paling ganteng
Sampai akhirnya tabungan kami cukup untuk membeli rumah. Rumah beneran loh. Dua lantai dengan halaman yang luas untuk Idan lari-lari. Walaupun kami beli dengan cara mencicil dengan fasilitas KPR dan uang mukanya menghabiskan seluruh tabungan kami sehabis-habisnya. Idan punya kamar sendiri yang nyaman akhirnya, bisa menaruh semua mainan dan buku-bukunya. Bisa meluruskan kakinya saat nonton tv, bisa main sepeda depan rumah. Ayah punya ruang belajar sendiri dan punya rak buku yang besar. Saya punya dapur yang cukup lega untuk memasak. Dan akhirnya tempat tidur King Size yang kami beli di awal menikah dulu tidak lagi dititipkan di rumah Bapak karena sekarang bisa masuk kamar kami yang lega. Yaaay....
Wujud asli rumah baru kami
Sayangnya, awal kepindahan kami disambut oleh insiden "kecil". Baru seminggu pindah, disatroni maling. Tas batik saya yang harganya lumayan itu diangkut beserta isinya (kamera digital, tablet, dompet, uang, hp) dan komputer si ayah juga dibawa. Padahal seluruh tesis si ayah ada disitu dan belum di-backup. Saya sumpahin itu maling miskin 7 turunan, kejebur got bau, dan abses di perianal (byuuhbyuuh). Kata ayah, yaah mungkin zakat kami masih kurang (love you, ayah, for always be positive). Tapi traumanya membekas sekali, sehingga berubahlah rumah minimalis kami menjadi "kedubes Amerika" hahaha
Saingan kedubes Amrik
Mejeng pre-op
Saya buat catatannya di blog supaya bisa saya kenang lagi suatu saat. Pleaseee, blogspot jangan bernasib sama kayak multiply yaa. Besok saya isi lagi deh dengan curhat ga penting saya, insya Allah. Pokoknya kemarin, sekarang, besok dan selalu serta masih akan bersyukur. Karena hidup selalu naik turun.
Langganan:
Postingan (Atom)