Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Kamis, 17 Maret 2011

Perjuangan Membuat Tesis

Alhamdulillah tanggal tesis bawah saya sudah ada, dan Alhamdulillah juga karena saya tidak terlalu dipersulit dalam mencari tanggal. Semua pembimbing dan penguji saya masih cukup berbaik hati sampai sekarang dan semoga berlanjut sampai nanti ujian selesai. Amin…

Tesis saya mengalami proses yang panjang dari mulai proposal di tahun 2007 yang membuat saya menangis berdarah-darah dan akhirnya selesai di Maret 2011. Lama amat ya hehehe. Proposal memang sat itu dibuat di awal sebagai uji coba KPS dengan harapan saat masih di modul pun residen sudah bisa mengerjakan tesisnya. Sehingga saat lepas modul tidak berlama-lama maju ujian tesis. Tapi, namanya aja percobaan, kayaknya buat saya (dan mayoritas sejawat saya) ga ngefek tuh, yang anomali aja yang sukses jadi kelinci percobaan hehehe. Apalagi tesis saya adalah studi kohort selama 3 bulan untuk satu pasien. Pernah saya coba ambil sampel saat saya masih di modul, alhasil adalah sampelnya lost to follow semua. Sayang amat ya?

Praktis baru selesai modul di bulan Juli akhir tahun 2010, saya baru bisa leluasa mengambil sampel. Berhubung pasien penelitian saya adalah bayi-bayi lulusan perawatan perinatologi, maka saya mulai mendata dengan mengambil seluruh nama bayi yang dirawat periode Januari-Juni 2010. Tidak semuanya eligible karena yang domisilinya terlalu jauh atau alamat yang aneh tidak saya ambil. Setelah terkumpul 96 nama, maka saya mulai menghubungi orangtuanya via telpon. Tidak semuanya memiliki no telpon, sehingga apabila cukup dekat lokasi rumahnya, maka saya akan datang langsung.

Setelah ditelpon, tidak semuanya bersedia ikut dalam penelitian saya. Pokoknya begitu dengar kata penelitian, langsung saya dimusuhin. Padahal penelitian saya tidak invasif, "cuma" main-main dengan bayinya dan kuisioner untuk ibunya plus gratis. Malah saya ganti ongkos ke RSCM kalau mau datang. Setelah belajar dari pengalaman, saya tidak lagi bilang mau meneliti. Saya bilang saja kalau saya dari Poli Tumbuh Kembang RSCM mau datang ke rumah, mau tau kondisi bayinya pascaperawatan untuk dijadikan bahan masukan data RSCM, supaya pelayanan bisa dievaluasi lagi. Setelah saya pakai jurus itu, baru deh mereka mau ikutan. Sebel ga sih?

Hanya sekitar 30% yang bersedia datang ke RSCM. Itupun setelah diiming-imingi dengan vaksinasi gratis, tidak perlu daftar dan antri, langsung ketemu saya, dapat gimmick dan ongkos jalan. Sisanya keukeuh ga mau datang dengan alasan repot, jauh, ga ada yang antar. Hhhh, akhirnya terpaksa didatangi satu-satu. Berbekal data register perinatologi, saya mencari semua alamat mereka di seluruh penjuru Jakarta. Mencarter Bang Ayi, tukang ojek spesialis pengantar residen PPDS kalau lagi penelitian, saya bagaikan mencari jarum dalam jerami. Kalau alamatnya lengkap dengan no rumah sih langsung ketemu, tapi separuh lebih alamat itu tidak ada no rumah. Cuma RT dan RW paling spesifik. Bermuka tebal (dan lusuh plus berminyak) kami beranikan diri bertanya kepada orang-orang yang ditemui di jalan. Mulai dari tukang ojek, tukang bakso, tukang pos, pak RT/RW bahkan pernah ga sengaja nanya orang yang lagi mabok. Kalau ada no HP sih gampang, kadang no HP yang tercatat di register, salah sambung, ga ada nada sambung, tidak aktif. Huhuhu, mau nangis aja rasanya. Catat ya, 90% pasien Perina itu kan dari sosial ekonomi rendah, jadi bisa dibayangkan kami pergi ke daerah seperti apa.

Jangan mikir kami pergi ke daerah elit kayak Pondok Indah gitu. Kalaupun ada yang rumahnya di Menteng, itu letaknya di pinggir kali atau bawah rel kereta api. Ada yang rumahnya bahkan bekas kandang kambing. Serius lho, itu di daerah Pisangan Baru, dekat rel kereta. Ada yang rumahnya cuma satu kamar petak ukuran 3x3m dihuni satu keluarga dengan 4 orang anak. Ada yang rumahnya pinggir kali Ciliwung yang biasa terendam sepaha kalau lagi banjir. Bahkan saya pernah ke Kampung Pulo yang saking padatnya rumah, saya tidak bisa lagi melihat birunya langit.

Melihat itu semua, saya jadi merefleksikan hidup saya lagi. Betapa beruntungnya saya ini, walaupun saya bukan orang berada, tapi selalu merasa cukup. Walaupun rumah saya masih mengontrak, tapi tidak pernah kebanjiran dan digusur.

Semoga perjuangan saya menemui pasien-pasien kecil saya membuahkan hasil yang sepadan ya? Doakan saya ya temans, agar siap maju tanggal 28 Maret nanti.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar