Selasa kemarin dapat pengalaman tidak menyenangkan. Dengan setting sebuah RS di daerah Bekasi, datang seorang ibu membawa anaknya berusia 6 bulan. Kebetulan si ibu bercadar rapat-rapat. Keluhannya si anak demam, batuk, pilek dan tampak sesak. Setelah pemeriksaan fisis, sekilas yang tampak adalah pneumonia. Karena si anak masih tampak cukup baik keadaan umumnya dengan nafas yang tidak terlalu cepat walaupun terdapat retraksi dinding dada yang ringan, maka saya putuskan untuk rawat jalan terlebih dahulu. So far so good, si ibu mengerti instruksi yang harus dikerjakan. Namun saat resep diberikan dan dijelaskan kegunaan masing-masing obat, jreeeng jreeeng ibu ini langsung menolak resepnya mentah-mentah.
"Saya ngga mau pakai antibiotik!" katanya. Okelah, tawar menawar pun dilakukan, dengan syarat bila besok keadaan memburuk, maka antibiotik diberikan dan diresepkan pada resep yang berbeda.
"Kenapa mama ngga mau dikasih antibiotik? Kan kondisi yang sekarang perlu, ma!" iseng nanya.
"Anak saya ini daya tahan tubuhnya sudah bagus, dok. Dari kecil sampai sekarang cuma ASI, sudah diberi madu dari sejak lahir, dan ga pernah sakit sampai sekarang walaupun ngga diimunisasi", jawabnya yakin.
"Oh, jadi ngga ASI eksklusif ya, Ma? Itu sudah diberi madu dari bayi, padahal kan perutnya belum siap. Sayang juga ya ngga diimunisasi, padahal kalau diimunisasi daya tahan tubuhnya pasti lebih baik lagi."
"Dok, di Al Quran ada ayat tentang madu dan tidak pernah ada ayat tentang imunisasi. Jadi yang tidak ada di Al Quran tidak perlu dijalankan," keukeuhnya.
Gua manggut-manggut sok sabar, padahal dalam hati pengen banget nyemprot tuh ibu.
"Ya sudah ma, sudah prinsip ya. Semoga dede ngga kenapa-kenapa. Balik lagi ya kalau ada diantara tanda2 bahaya tadi tampak sama dede, " sambil mulut rada manyun. Rasanya sih ngga bakalan balik deh tuh ibu.
Setelah si ibu keluar, nyatet-nyatet sebentar, lalu nulis tanda XX kecil di sampul status dan berpesan sama perawat kalau besok dia datang lagi, disarankan saja ke dokter lain daripada nanti bikin hipertensi. Yang begini sih, ga bakalan sembuh sama dokter. Yang begini juga ngga akan nebus obatnya, karena yang dipakai biasanya obat herbal di toko obat. Jadi dia cuma mau tau diagnosis aja.
*tarik nafas panjaaaaaaaaang banget sambil berdoa semoga si dede ngga kenapa2*
*tarik nafas panjaaaaang sambil berdoa semoga walau gerakan anti imunisasi gencar di mana-mana, herd immunity tetap terbentuk sehingga mereka yang ngga sempat divaksin tetap sehat*
*tarik nafas panjaaaaaaangg sambil berdoa semoga yang antivaksin diberi pencerahan oleh seorang dokter yang lebih sabar daripada saya yang langsung hipertensi kalau harus ngotot2an menjelaskan pentingnya imunisasi sama orang yang keukeuh seperti batu*
*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa supaya yang anti vaksin ngga ngajak2 orang lain yag masih polos ikut2an anti vaksin juga*
*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa yang bikin kampanye anti vaksin di bawahini kejebur got...#ih ngga ding yang ini pasti ngga dikabulkan pastinya hehehe*
*tarik nafas panjaaaaang sambil berdoa semoga walau gerakan anti imunisasi gencar di mana-mana, herd immunity tetap terbentuk sehingga mereka yang ngga sempat divaksin tetap sehat*
*tarik nafas panjaaaaaaangg sambil berdoa semoga yang antivaksin diberi pencerahan oleh seorang dokter yang lebih sabar daripada saya yang langsung hipertensi kalau harus ngotot2an menjelaskan pentingnya imunisasi sama orang yang keukeuh seperti batu*
*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa supaya yang anti vaksin ngga ngajak2 orang lain yag masih polos ikut2an anti vaksin juga*
*tarik nafas panjaaaaaang sambil berdoa yang bikin kampanye anti vaksin di bawahini kejebur got...#ih ngga ding yang ini pasti ngga dikabulkan pastinya hehehe*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar