Cinta

Cinta
Demi Wildan

Bebek

Bebek
Jepret-jepret karya WIildan

Senin, 24 Januari 2011

Remarkable Fashion * In Quotation*

Saya bukan penggila mode, tapi cukup sering mengamati mode. Sehari-hari saya tidak harus mengikuti gaya fashion yang sedang trend. Cukuplah dengan berpakaian rapi, serasi, wangi dan enak dilihat. Hanya saja sampai saat ini saya belum pintar dandan dan masih cukup *miskin* untuk pergi ke perawatan kulit, sehingga penampilan wajah dan baju suka nggak matching (hei...tapi itu kita bicarakan di lain waktu ya?). Dan dari kacamata saya yang bukan fashionista ini, ada beberapa mode yang TIDAK AKAN pernah saya pakai. Alasannya sih macam-macam, seperti tidak akan cocok di bodi saya yang oversized ini atau memang modelnya yang AJAIB. Nah, ini beberapa mode yang menurut saya amat sangat terlalu ajaib, sehingga kalau saya pakai, maka saya akan menghilang (baca:ngumpet dari pandangan orang) ;D

1. 1. Kaftan

Pertama dengar nama model baju pesta yang satu ini, saya terkesiap : “ Apa? KAFAN??”..Pardon, my hillbilly ears, ya, hehehe. Ternyata ini sebutan untuk model gaun panjang asal Maroko (bener ga sih?) yang lurus dan ga ada potongan di pinggang serta berjuntai-juntai menutupi mata kaki. Okay, what does it remind you of? Ring..ring!!! That’s right, this is Miss Kunti’s wardrobe. Kalau memang chasing-nya sudah bagus sih, ya tetap saja cantik dan anggun. Tapi kalau saya yang pakai, dooh, miss Kunti punya saingan berat. Bukan hanya dia, tapi rasanya Rama Aiphama, si penyanyi dangdut itu pun akan tersaing. Pokoknya tidak akan pernah deh pakai yang model begini. Kalau saya bertemu seseorang di pesta nikah dengan kaftan, saya akan curi-curi pandang ke kakinya. Kalau kelihatan mata kakinya, saya akan sapa dia, tapi kalau tidak terlihat, maka saya akan KABUR…..hiyaaa!!

2. Harem Pants

AKA celana Aladin AKA celana MC Hammer. Yang saya tahu pakai celana kayak gini sih emang cowoknya si Princess Jasmine itu, atau rapper keling yang nyanyi “You can’t touch this” ( tebak berapa umur saya??). Kalau kamu memang punya karpet ajaib dan jin warna biru, mungkin kamu memang pantas pakai celana ini. Tapi tolong pertimbangkan kalau pakai celana ini untuk belanja ke hypermarket ya, bisa-bisa kamu dicurigai satpam ngumpetin coklat di kantong celana hihihi..


Jumpsuit

Kecuali kamu montir atau cewek berusia di bawah satu tahun, saya sarankan ga usah deh pakai baju begini. Sepertinya repot kalau mau pipis, ya? Apalagi kalau sudah kebelet, terus ternyata toiletnya antri, hadeuuh bisa kecelakaan deh. Saya juga sebenarnya suka pakai baju monyet begini, tapi itu waktu saya masih umur enam bulan (kata emak saya lho). So, big girls don’t wear baby’s outfit, okay??

4. Skinny Jeans

Seringnya ketemu mahasiswi yang pakai celana model begini ..*sambil memandang sirik kelangsingannya*. Eh tapi cowok-cowok juga sering pakai sih. Yang terlintas di pikiran sih, “Duh, berapa lama ya buat makai dan lepas tuh celana?” Kalau saya yang pakai, bisa masuk, lepasnya digunting hehehe. Rasanya kalau ketemu cowok pakai skinny jeans begini, saya pengen kasih tau kalau dia punya risiko infertilitas meningkat ;D. Serius boys!!

Jangan terpengaruh sama saya ya. Ini kan pikiran saya aja. Kalau kamu merasa cantik dan ganteng pakai baju-baju yang saya sebut di atas, silakan kok dipakai. Yang penting kan pede…. Cheers

NB: Biar jelas saya lampirkan ya gambar-gambar ide orisinilnya dan silakan ketawa...;D

Jumat, 14 Januari 2011

How to respect your teachers

Hhm, lagi suka buat judul berawalan “How” gara-gara lagi nge-fans sama sitcom “How I met your mother’ ;D. Tapi posting saya yang ini ga ada kaitannya sama Ted Mosby n the gang itu,kok.

Ceritanya kurang lebih seminggu lalu, saya bertemu seorang guru SD saya, Pak Dadi Gunadi (is it his last name? kind of slip my mind). Waktu itu saya baru selesai praktek dan karena ndoro kakung terlambat menjemput, saya putuskan berjalan kaki saja lewat jalan pintas, syukur-syukur papasan di jalan. Nah, di depan sebuah warung rokok, seorang bapak setengah baya (setengah baya itu pasnya buat umur berapa sih?) mandangin saya terus. Uugh tentu saja jiwa seleb saya keluar,ini orang ngapain sih liat2 saya? Kemudian tiba-tiba saja wajah bapak itu familiar dengan saya. Ya, bapak itu guru saya waktu SD. OMG, he still remembered me, despite my body evolution (dinosaurus kali ah). Saya sempat tergagap sesaat karena mencoba mengingat nama beliau. Sepertinya beliau tahu kesulitan saya dan langsung mengenalkan dirinya, “Pak Dadi, Rin”. *Aduh, maaf ya pak, saya ga langsung ingat nama bapak, murid yang durhaka ya,pak?*

Beliau masih seperti sosok guru yang saya segani 29 tahun yang lalu (hihihi nah ketahuan deh tuanya saya), hanya beberapa kerutan dan uban jadi aksesoris di sana-sini, tapi selebihnya beliau masih seperti dulu. Amazingly, he also still recognized where I used to live, my sisters name and my parents. Saya sungguh terkejut karena beliau masih ingat semua itu. Padahal tentu saja beliau punya ribuan murid yang telah dididik. Tapi beliau mengingat siapa saya. Bahkan saat Idan dan ayahnya datang, beliau berkata kepada Idan seperti ini:”Mama Idan dulu murid Bapak yang paling pintar di kelas, tante-tantenya juga sama pintarnya. Kamu yang pintar ya, biar kayak mama.” Seingat saya, murid terpandai di kelas dulu bukan saya, tapi beliau mengatakan itu di depan anak saya, sungguh membuat saya tersanjung.

Saat saya katakan profesi saya sekarang, beliau senang sekali. Beliau bahkan bilang,”Kalau bapak sakit, boleh berobat ke kamu,ya?”. Hehehe, tentu saja boleh, Pak, tapi kalau yang berat-berat bukan kompetensi saya ya.

Hhm, saya terus menaiki tangga satu demi satu, sementara guru-guru SD saya tetaplah seorang guru. Mereka terus ada di dasar tangga itu, memperhatikan dan membimbing satu demi satu para muridnya naik semakin ke atas. Dan apa yang mereka punya? Tidak ada selain kebanggaan telah mendidik muridnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Dan apa yang telah kita berikan untuk mereka, yang terkadang namanya pun kita lupa L ? Tidak ada yang lebih layak selain rasa menghormati yang tinggi kepada mereka dan doa agar derajat mereka dinaikkan setinggi-tingginya di hadapan Allah SWT.

Gurulah pelita…

Penerang gelap gulita…

Jasamu tiada tara….

Kamis, 13 Januari 2011

HOW TO CHOOSE ELEMENTARY SCHOOL

Having a school-aged child nowadays is really making me suffer from a headache, specifically when he is ready to enter elementary school. How? Well, you know , a lot of stuffs to be concerned. Unlike those old days when the only qualification for you to join school was the ability to touch your ear from behind your head by hand (*bingung ga ngartiinnya?*).

Ah, kayaknya nggaya tenan sok ngomong bosone wong londo, lah wong nilai toefl saya cuma 583 (*pameeeer*). Pakai bahasa Endonesia aja ya, saya kan cinta bahasa Endonesia, secara saya orang Endonesia.

Lanjut ya, masuk SD sekarang jelas tidak sesederhana seperti jaman saya sekolah. Saat ini ada ujian masuk, ada psiko test, dll. Belum lagi pikiran jangka panjang terkait nanti bagaimana sekolah lanjutannya. Buat saya yang tinggal di Jakarta coret (baca: Bekasi), ini isu penting. Soalnya di tempat saya, belum ada SMP/SMA yang cukup representatif. Sistem rayonisasi memprioritaskan domisili sebagai syarat penting untuk masuk sekolah. Jadi, kecil kemungkinannya bila saya yang dari Bekasi ini menyekolahkan anak di Jakarta bila menyekolahkan anak di SD negeri di dekat rumah.

Alasan tersebut menjadi salah satu penyebab saya tidak memilih SD negeri untuk sekolah Idan. Alasan utamanya adalah saya tidak menyukai sistem pendidikan dasar yang ada saat ini di sekolah milik pemerintah. Sistem saat ini tidak menjadikan seorang anak berpikir kreatif, tidak membentuk karakter, dan tidak memacu anak untuk berkompetisi secara sehat. Yang terjadi adalah anak menjadi robot dan tidak berkembang sesuai potensinya. Ini menurut saya lho, tentu tidak bisa disamaratakan bagi semua sekolah dasar pemerintah. Bagaimana bisa membangun karakter seorang anak apabila satu kelas begitu padatnya?

Betul memang, pembangunan karakter dan pendidikan moral seorang anak tidak melulu tergantung oleh guru sekolah, tapi lebih penting adalah peran orangtua. Hanya rasanya sulit ya apabila kita menanamkan semua moral baik di rumah, namun di sekolah tidak bisa terwujudkan karena teman-temannya tidak memiliki dasar yang sama. Di sekolah dasar umum, anak datang dari keluarga berbagai strata ekonomi dan sosial (eh ga berlaku buat SD Besuki dan SD Argentina ya hihihi). Sering saya mendengar segerombolan bocah berseragam merah putih berbicara dengan bahasa yang kasar, kotor, kurang ajar, yang bahkan saya sendiri seumur-umur tidak pernah mengucapkannya. Bahkan saat mereka saya tegur, tidak tampak wajah bersalah, malah mereka mengejek saya. Kentara sekali tidak ada yang mengajari mereka tentang sopan santun. Peer-group seperti inikah yang kita inginkan untuk anak kita?

Peer group di usia sekolah merupakan pengaruh terbesar bagi kehidupan anak. Pada usia ini anak akan lebih percaya pada peer group-nya daripada orangtuanya. Sehingga penting untuk mencari peer group yang tepat.

Di sekolah swasta yang bermutu (*baca : mahal*), strata sosial ekonomi dari setiap siswanya rata-rata sama. Artinya yang punya uang-lah yang bisa masuk ke sana. Dan biasanya orangtuanya memiliki dasar pendidikan yang sama, sehingga sedikit banyak nilai-nilai yang ditanamkan di rumah juga serupa. Tapi ini seperti pedang bermata dua. Kenapa? Karena anak-anak di sekolah ini terbiasa hidup berlebih dengan fasilitas yang serba tersedia, maka mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang manja dan materialistis, yang menggampangkan segala cara dengan uang. Apakah ini juga yang kita mau untuk anak kita?

Hhhh…mengelus dada nih saya? Tambah pusing jadinya. Ada gak ya sekolah yang bagus dengan kualitas pendidikan yang saya mau, tidak terlalu mahal, dengan murid-murid yang santun dan berakhlak ihsan? Ada yang bisa bantu saya??

Rabu, 12 Januari 2011

Keep The Faith

Ya, temans, Allah SWT itu Maha Mendengar
Ia mendengar semua doa
Dan Ia mengabulkannya

Mungkin tidak secepat yang kita inginkan
Mungkin tidak sesuai yang kita mau
Tapi Ia memberikan jalan
Agar kita mendapatkan kemudahan

Jadi, temans
Tetaplah berdoa dan meminta padaNya
Dengan segala kerendahan hati

Sehingga Ia akan terus mendengar doa kita
Dan memberikan jalan yang terbaik
Untuk semua kesulitan kita

So, dear friends
Keep smiling
Don't burst wasted tears

With all the faith you have
Be sure of yourselves
That we are all are going to make it through

We stick together
We love each other
We're certain that God are with us
Guiding and watching every steps of the way
And all we need is keeping the faith

To: Amanda Soebadi, Ayidilla Septarini, Daulika Yusna, Desy Dewi Saraswati, Ismi Citra Ismail, Matahari Harumdini, Laila Husaini, Sondang Zwita Sidabutar